Mediv Kimia Farma Berambisi Integrasikan Toko Offline dan Online

Konten Media Partner
19 Mei 2019 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Road Show “Bisnis Modal Jari” di Harris Hotel & Convention Ciumbuleuit, Bandung, Sabtu (18/5). (Iman Herdiana)
zoom-in-whitePerbesar
Road Show “Bisnis Modal Jari” di Harris Hotel & Convention Ciumbuleuit, Bandung, Sabtu (18/5). (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Saat ini Kimia Farma memiliki 1.500 outlet di seluruh Indonesia. Platform digital Mediv yang hadir sebagai marketplace-nya Kimia Farma ditargetkan mampu mengintegrasikan sistem penjualan offline dan online.
ADVERTISEMENT
CEO PT Kimia Farma (Persero) Tbk, Honesti Basyir, mengatakan Mediv merupakan inovasi Kimia Farma untuk menyongsong era digital, era yang tak bisa dihindari dalam dunia bisnis.
“Kita melihat punya potensi masuk ke digitalisasi itu. Disebut potensi karena selama ini kita sudah sangat kuat di offline (penjualan lewat outlet atau toko). Saya punya keyakinan bahwa saat offline digabung dengan online itu akan memberikan prosfek bisnis luar biasa,” kata Honesti Basyir, usai Road Show “Bisnis Modal Jari” di Harris Hotel & Convention Ciumbuleuit, Bandung, Sabtu (18/5).
Namun bisnis digitalisasi yang ditempuh Kimia Farma berbeda dengan bisnis bidang kesehatan umumnya, yakni dengan adanya keterlibatan masyarakat sebagai mitra. Menurutnya, Kimia Farma ingin merangkul masyarakat yang juga memiliki minat bisnis digital.
Road Show “Bisnis Modal Jari” di Harris Hotel & Convention Ciumbuleuit, Bandung, Sabtu (18/5). (Iman Herdiana)
“Selama ini kita lihat setiap orang ingin bisnis dan pasti punya kendala, masalah investasi, mereka butuh modal, space, resiko dan sebagainya. Model bisnis yang kita lakukan sebenarnya berusaha untuk mengeliminasi kekhawatiran mereka untuk ikut bisnis. Jadi Mediv ini bisa menjawab kekhawatiran orang masuk bisnis digitalisasi,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Segmen masyarakat yang memiliki minat bisnis digital adalah generasi milenial yang merupakan pangsa pasar yang besar.. Karena itulah, pihaknya menggelar Road Show “Bisnis Modal Jari” yang pesertanya didominasi kaum muda. Kaum milenial sendiri menjadi target Kimia Farma dalam meluncurkan Mediv.
Selain itu, ia melihat terjunnya Kimia Farma ke bisnis digital tak lepas dari banyaknya perusahaan online besar yang justru melirik sistem penjualan offline. Tujuan mereka untuk lebih mendekatkan diri kepada pengguna atau konsumen.
“Perusahaan besar online seperti Amazon, Ali Baba justru mereka sedang melakukan akusisi offline. Karena mereka pengin mendekatkan diri minimal dari sisi persediaan. Karena kalau online inventory offlinenya tidak mapan ini akan backfire,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ia menyoroti juga perusahaan online yang gulung tikar karena tidak bisa mengintegrasikan dengan bisnis offline. Sebaliknya, banyaknya ritel konvensional yang bangkrut karena tidak terintegrasi dengan online.
Sedangkan Kimia Farma, menurutnya memiliki kekuatan dari sisi penjualan offline. Perusahaan farmasi ini sudah berdiri di Indonesia selama 202 tahun. “Kita punya kekuatan bagus di offline, dengan kita masuk di digital ini nanti akan saling perkuat posisinya, offline perkuat online, online perkuat offline. Jadi integritas bisnis yang luar biasa,” katanya.
Sehingga ia menegaskan terjunnya Kimia Farma ke bisnis model e-commerce lewat Mediv tidak akan mengurangi bisnis offline atau konvensional. Bisnis konvensional Kimia Farma justru akan terus diperluas. Salah satunya dengan menyasar pangsa pasar lifestyle lewat suplemen health & beauty. Pangsa pasar bisnis kecantikan ini didukung dengan kedekatan Kimia Farma dengan komunitas atau konsumen.
ADVERTISEMENT
Ia menyebut, dalam dua tahun terakhir penjualan ritel Kimia Farma tumbuh 23 persen, antara lain lewat kontribusi suplemen. Pertumbuhan terjadi karena produk Kimia Farma digemari masyarakat. “Kita fokus di industri healt care, kita selalu mencari feedback dari masyarakan sebenarnya kebutuhan mereka itu apa. Jadi pada saat kita mencoba satuakan suply dan demand-nya menyatu. Itu kita konsisten,” ungkapnya.
Integrasi sistem penjualan online dan offline yang dilakukan Kimia Farma ditargetkan mampu mendongkrak keuntungan hingga 25 persen dalam dua tahun mendatang. Target ini dilihat dari tren penjualan produk Kimia Farma yang sebelumnya lebih mengandalkan generik kini bergeser ke produk non-generik seperti suplemen kesehatan. (Iman Herdiana)