Menengok Instalasi Seni Agraris di Rumah Budaya Rosid

Konten Media Partner
5 Agustus 2018 8:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menengok Instalasi Seni Agraris di Rumah Budaya Rosid
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pertunjukan teater tubuh dari kelompok Teater Payung Hitam pimpinan Rahman Sabur dalam pembukaan instalasi “Kepada Ayah Kepada Sawah” dan “Perversion” kolase Nandanggawe di Rumah Budaya Rosid, Jalan Cigadung Raya Tengah 10 Bandung. (Foto: Iman Herdiana/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Selepas Isya, Rumah Budaya Rosid mulai didatangi para pecinta seni. Mereka berkumpul di pelataran masjid yang satu kompleks dengan rumah budaya di kawasan Bandung Utara itu.
Hawa dingin Bandung yang akhir-akhir ini mencapai 17 derajat celcius, tak menyurutkan hadirin untuk datang ke pembukaan instalasi berjudul “Kepada Ayah Kepada Sawah” dan “Perversion” kolase Nandanggawe.
Kurator pameran, Heru Hikayat, mengatakan Rosid yang lama menggeluti seni rupa khususnya lukis, malam tersebut menyuguhkan instalasi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, yaitu pertanian.
Instalasi yang erat dengan kultur agraris tersebut terdiri dari beragam perkakas pertanian tradisional seperti lesung, halu, bajak, garu, beliung, padi, dan semua hal yang berhubungan dengan pertanian. Semuanya ditata dalam ruang-ruang kehidupan, yakni di dinding ruangan, di halaman, di warung, dapur, studio, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
“Kang Rosid membangun instalasi sehari-sehari. Segala pernik yang ada ini seperti miseum pribadi yang bermula dari rasa hormat Kang Rosid pada sang ayah yang merupakan petani seumur hidupnya, yang membaktikan dirinya pada kehidupan dengan latar kultur agraria,” ungkap Heru Hikayat, Kamis (2/8/2018) malam.
Menengok Instalasi Seni Agraris di Rumah Budaya Rosid  (1)
zoom-in-whitePerbesar
Seniman Rosid di studio Rumah Budaya Rosid, Jalan Cigadung Raya Tengah 10 Bandung. (Foto: Iman Herdiana/Bandungkiwari)
Di tempat yang sama, seniman Nandanggawe juga menyajikan karyanya lewat pameran bertajuk “Perversion”. Dua acara ini dibuka orasi budaya kritikus seni Hikmat Gumelar dan pertunjukan teater Rahman Sabur bersama kelompok Teater Payung Hitam-nya.
Teater Payung Hitam menyajikan performance tanpa kata. Secara simbolik, performance ini menunjukkan kehidupan petani. Simbol petani tampak dari properti yang dipakai, antara lain, butir-butir padi, balok kayu, kalung untuk kerbau, kerikil, lampu cempor.
ADVERTISEMENT
Rosid sebagai tuan rumah menjelaskan instalasinya lahir dari rutinitasnya sebagai pelukis berlatar petani. Di sela melukis, ia biasa menyapu halaman, menata barang-barang pertanian tradisional yang memenuhi Rumah Budaya Rosid di Jalan Cigadung Raya Tengah 10 Bandung.
Rosid merasa memiliki ikatan emosional yang kuat dengan barang-barang tradisional yang menjadi koleksinya itu. Barang-barang pertanian tersebut kemudian memberinya energi untuk berkarya. Di tanah pertanian ia tumbuh dan menjadi seniman sekarang ini.
“Saya sebagai pelaku seni melihat benda-benda ini mengandung sejarah,” ucap Rosid, dalam pidato singkatnya, di hadapan lebih dari 20 orang hadirin.
“Saya pribadi anak petani yang dibersarkan dari keringat petani. Saya mendapat energi pertanian melalui benda-benda yang saya koleksi. Mudah-mudahan benda yang saya kumpulkan ini bisa diapresiasi, mudah-mudahan apa yang saya sajikan sekarang bersama Kang Nandanggawe dan Rahman Sabur menjadi bahan renungan kita semua.”
Menengok Instalasi Seni Agraris di Rumah Budaya Rosid  (2)
zoom-in-whitePerbesar
Rumah Budaya Rosid di Jalan Cigadung Raya Tengah 10 Bandung. (Dok. BDG Connex)
ADVERTISEMENT
Pembukaan pameran di Rumah Budaya Rosid bagian dari rangkaian “Bandung Art Month 2018: Balik Bandung” yang digagas BDG Connex. Salah seorang penggagas BDG Connex yang hadir, Rizky A Zaelani, mengatakan seni rupa bisa menjadi petanda kegembiraan suatu masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat yang gembiria ialah masyarakat yang mampu mengapresiasi seni.
“Malam ini seperti malam-malam lain kita di sini membuktikan kesungguhan kita para seniman Bandung. Bahwa Bandung bukan hanya sekedar destinasi seni rupa tapi memiliki nilai seni rupa itu sendiri,” tandasnya.
BDG Connex sendiri menjadwalkan serangkaian acara seni rupa sejak 15 Juli hingga 15 Agustus 2018, termasuk acara yang di Rumah Budaya Rosid. Hajatan BDG Connex diharapkan rutin digelar tiap Juli dan Agustus pada tahun-tahun mendatang. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT