Menengok Lokakarya Patung di Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi

Konten Media Partner
9 Mei 2018 10:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menengok Lokakarya Patung di Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pekerja Seni mengikuti Workshop Self Potrait #Part 3 di Sanggar Olah Seni Bandung. (Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Selasa (8/5) sore itu hujan menyandera sejumlah orang di Sanggar Olah Seni yang berada tepat di kawasan Babakan Siliwangi. Mereka tidak mampu berbuat banyak, selain memandangi karya seni dan jatuhan anak hujan yang berlarian pada genangan air. Di atas kepala mereka kucuran pongah air hujan mengabarkan atap yang berusia senja.
Para pekerja seni seolah tak peduli dengan air hujan yang mengguyur satu-satunya hutan kota di Bandung itu. Mereka tenggelam dalam dunianya, mematung bersama puluhan patung yang memaku waktu. Mata mereka menatap tajam wajah sendiri. Memerbaiki hidung yang terlalu mancung atau dagu yang terlalu mengganggu.
Beberapa hari ini mereka menyalin wajah sendiri dengan tanah liat. Mewakili persoalan hidup dengan kedalaman torehan butsir yang tajam.
ADVERTISEMENT
Ada seribu cerita seniman yang terpapar di balik wajah patung datar tanpa ekspresi, ketika melihat program seni bertajuk Self Potrait Sclupture Workshop #Part 3 di Sanggar Olah Seni (SOS) Bandung.
Program patung potret diri bagian ke-3 ini, tentu bukan kegiatan biasa. Ada nama-nama seniman besar di kancah seni rupa Indonesia yang berderet mengisi halaman poster.
Workshop Self Potrait #part 3 diikuti lebih dari 50 pekerja seni. Kegiatan yang mengolah diri sendiri tersebut, menurut Ketua SOS, Toni Antonius, tiada lain karena keinginan mengajak kembali para pekerja seni mengenali diri sendiri, melatih kesabaran, detail.
“Selain itu minimalnya, karya patung yang dibuat akan dibawa ke rumah dan menjadi artefak perjalanan kesenian para seniman itu sendiri,” imbuh Toni.
ADVERTISEMENT
Menurut pekerja seni yang acapkali dipanggil Kian Santang, kegiatan membuat workshop ini menjadi tantangan tersendiri untuk para seniman. Hal tersebut karena media tanah liat memiliki karakter yang berbeda dengan kanvas.
Namun, dalam kurun 8 hari, bahkan ada yang hanya beberapa hari para pekerja seni yang terlibat dalam kegiatan workshop sudah mampu menyelesaikan karyanya.
“Rekan-rekan umumnya sudah memiliki basic yang bagus. Jadi mereka tidak terlalu susah untuk berproses. Meski ada beberapa karyanya yang harus diulang,” tegasnya.
Kian sendiri berharap kegiatan ini mampu simultan untuk ruang silaturahmi dan menambah pengetahuan para pekerja seni terhadap patung pun pemahaman media selain kanvas. Dirinya berharap kegiatan ini pun mampu menggali potensi seni patung untuk kembali hadir di masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Setelah kegiatan ini berharap kita bikin pameran karya patung ini, dan melanjutkan program workshop bagian 4,” ucapnya.
Pada kesempatan tersebut, perupa Hassan Pratama mengikuti pula program workshop patung. Dirinya terlihat asyik menoreh setiap centi wajahnya sendiri yang tampak lebih muda beberapa tahun dalam tampilan patung.
“Kemarin mah idungnya terlalu mancung, bingung sendiri liat muka beda. Jadi sekarang dibetulin” selorohnya.
Hassan yang terbiasa berkarya menggunakan media kanvas, menemukan aspek tersendiri ketika bergulat dengan butsir dan tanah. Menurut pengalamannya, selama 3 hari berproses, dirinya mampu meredam emosi ketika membuat patung.
“Biasanya emosi saya ketika melukis meledak. Tapi ketika buat patung, saya harus lebih sabar dan ulet. Terutama pada wilayah detail,” jelasnya.
Usai hujan reda, sanggar kembali diramaikan kedatangan para pekerja seni. Seorang pengunjung perempuan tampak tertarik dan berbincang dengan beberapa seniman terkait persoalan patung dan tanah liat.
ADVERTISEMENT
Percakapan khas ala seniman mengalir seiring angin dingin yang membekukan persendian. Tentunya jika ingin bertamasya rasa dan berlibur pada hari Minggu silahkan datang ke Sanggar Olah Seni Bandung. Siapa tahu bakat seni anda menyeruak dan menjadi potensi yang luar biasa. (Agus Bebeng)