Mengenal Pop Up, Buku Tiga Dimensi yang Unik dan Banyak Dicari

Konten Media Partner
4 Juli 2018 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenal Pop Up, Buku Tiga Dimensi yang Unik dan Banyak Dicari
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Buku pop up berjudul Big Animal karya Hafez Achda. (Mega Dwi Anggraeni)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Wajah singa itu begitu dekat. Mulutnya menganga lebar, memamerkan keempat taringnya yang tajam. Aumannya seolah terdengar begitu jelas dan tampak nyata. Padahal, si Raja Rimba itu hanya muncul dari sebuah buku pop up berjudul Big Animal, karya Hafez Achda.
Apa itu pop up? Dalam kamus Bahasa Inggris, pop up artinya muncul. Tapi pengertian sederhana menurut Hafez Achda, pop up adalah kartu dan buku yang bisa menampilkan gambar dalam bentuk tiga dimensi. Gambar itu akan muncul, ketika kita membuka halaman buku atau kartu.
Ada satu kebiasaan unik ketika orang-orang membuka kartu atau buku pop up. Gambar yang timbul dari halaman memunculkan penasaran. Saking penasarannya, mereka akan memutar kartu atau buku, ke kiri dan kanan sambil bertanya, “Kenapa gambarnya bisa berdiri?”
Mengenal Pop Up, Buku Tiga Dimensi yang Unik dan Banyak Dicari (1)
zoom-in-whitePerbesar
Buku pop up. (Mega Dwi Anggraeni)
ADVERTISEMENT
Pertanyaan itulah yang membuat salah satu seniman pop up asal Temanggung, Jawa Tengah, Hafez Achda senang. Menurutnya pertantaan itu merupakan bentuk ketertarikan seseorang terhadap karyanya. Dan alasan itu yang membuatnya tetap bikin karya pop up.
Hampir setiap hari dia bermain dengan kertas. Melipat, menggunting, menempel. Jika sudah memiliki konsep dan ide cerita dia akan langsung membentuk lembaran-lembaran kertas dengan berbagai bentuk.
Jika ide cerita belum muncul, iseng-iseng Hafez akan mengguntingi kertas mengeluarkan berbagai teknik untuk menciptakan pop up. Biasanya, dari sana muncul ide untuk dikembangkan menjadi buku.
Sebenarnya, pop up sudah ada sekitar 800 tahun lalu. Ketika itu, pop up hanya digunakan sebagai alat bantu mengajar anatomi dan membuat prediksi astronomi. Bentuknya hanya berupa buku sederhana, tetapi beberapa bagiannya berdimensi dan dapat bergerak, atau dikenal dengan sebutan movable book.
ADVERTISEMENT
Seorang biarawan Inggrislah yang dipercaya sebagai pelopor kelahiran pop up. Pada tahun 1200, pria bernama Matthew Paris ini mengutak atik kertas, menyusunnya hingga akhirnya membuat kertas mampu bergerak dengan bertumpu pada poros. Tanpa diduganya, teknik bernama volvelles itu terus digunakan dan berkembang selama ratusan tahun.
Pada masa itu, buku-buku pop up lebih banyak dibaca oleh para orang dewasa, karena fungsinya sebagai alat bantu. Sementara buku untuk anak baru mulai beredar dan populer di Jerman dan Inggris sekitar abad 19. Penciptanya adalah Ernest Nister dan Lothar Meggendorfer.
Mengenal Pop Up, Buku Tiga Dimensi yang Unik dan Banyak Dicari (2)
zoom-in-whitePerbesar
Buku pop up. (Mega Dwi Anggraeni)
Di Indonesia, pop up baru mulai populer sekitar enam tahun lalu. Bentuknya pun hanya kartu ucapan. Kemudian berkembang menjadi buku tahunan dan buku cerita. Hanya saja, pop up yang beredar di Indonesia mayoritas masih impor, hingga harganya setinggi langit.
ADVERTISEMENT
Hafez adalah salah satu dari sedikit seniman pop up Indonesia yang aktif meluncurkan buku, bersaing dengan para seniman pop up asing, seperti Amerika, Perancis, dan Inggris.
“Dulu sempat berjualan kartu ucapan pop up, sebelum mulai membuat buku. Tapi ternyata pasarnya kurang ramai,” kata lulusan Seni Rupa Universitas Negeri Yogyakarta itu.
Meski begitu, Hafez tak patah arang. Dari kartu ucapan dia beralih ke buku cerita anak. Dia pun memperkenalkan dan memasarkannya via media online pada 2015 lalu. Tak disangka, karyanya mendapat sambutan baik. Ratusan buku pun berhasil dia jual dengan harga Rp 90 ribu hingga Rp 300 ribu. Tergantung tingkat kerumitannya.
Melihat pasar menyambut baik karyanya, Hafez pun makin giat berkarya. Hampir setiap bulan, pria kelahiran 33 tahun lalu ini meluncurkan judul baru di studionya, Impian Studio, di Jogjakarta.
ADVERTISEMENT
Untuk menyelesaikan bukunya, Hafez mengajak sembilan orang tetangganya di Temanggung. Mereka bertugas merakit gambar sampai menjadi kartu. Selanjutnya, hasil rakitan itu dikirim ke studio untuk disusun menjadi buku cerita.
Mengenal Pop Up, Buku Tiga Dimensi yang Unik dan Banyak Dicari (3)
zoom-in-whitePerbesar
Buku pop up. (Mega Dwi Anggraeni)
Sampai saat ini, Hafez memang lebih banyak memproduksi buku untuk anak-anak. Teknik pop up yang digunakannya pun terbilang sederhana. Tapi sesekali ide sederhananya itu berkembang menjadi teknik pop rumit yang dia wujudkan dalam bentuk buku pop untuk dewasa. Salah satunya adalah buku tentang rumah adat yang ada di seluruh Indonesia. Saking rumit teknik yang digunakan, dia hanya membuat dua buku yang dihargai Rp 1.2 juta.
“Begitu dipublish, langsung ada yang memesan dan sekarang sudah habis terjual,” katanya.
ADVERTISEMENT
Selain rutin meluncurkan buku, pria yang sudah mulai berkreasi dengan kertas sejak SD itu juga rajin menggelar workshop. Membagi ilmunya kepada semua orang yang tertarik bermain dengan kertas.
Lewat workshop dia memperkenalkan pop up. Mulai dari teknik yang sering digunakan oleh para seniman, sampai membuat sebuah karya. Selama berjam-jam, dia akan membantu para peserta workshop mengukur panjang pendeknya kertas, menggunting, memotong dengan cutter, juga membangun imajinasi.
“Pop up itu kuncinya satu. Yang penting bisa dibuka dan ditutup,” katanya. (Mega Dwi Anggraeni)