Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Menkominfo Cerita Keunggulan Go-jek Di Tengah Krisis Ekonomi Dunia
18 September 2018 18:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, di Dies Natalis ke-61 Universitas Padjadjaran (Unpad), di Grha Sanusi Hardjadinata, Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung, Selasa (18/9/2018). (unpad.ac.id)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyampaikan orasi pada peringatan Dies Natalis ke-61 Universitas Padjadjaran (Unpad), di Grha Sanusi Hardjadinata, Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung, Selasa (18/9/2018).
Dalam orasi ilmiah yang berjudul “Leap Frog Indonesia Melalui Ekonomi Digital”, Rudiantara menuturkan kunjungannya ke Vietnam untuk mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Vietnam. Tujuannya, untuk menyaksikan peluncuran Go-Viet di Hanoi, Vietnam.
“Go-Viet ini adalah Go-jek-nya Vietnam, menyediakan layanan unggulan ojek motor seperti di Indonesia, dengan dukungan penuh Go-jek Indonesia,” tutur Rudiantara, dikutip dari teks orasi ilmiahnya.
Rudiantara yang juga Ketua Majelis Wali Amanat Unpad menandaskan, dukungan penuh Go-jek Indonesia pada Go-Viet menjadi momentum penting, bahwa negeri ini mampu memantik api kebanggaan terhadap kemampuan sumber daya manusia anak-anak bangsa dalam menyelesaikan permasalahan umat manusia moder.
ADVERTISEMENT
“Kita pantas bangga akan pencapaian Go-jek karena fenomena ini akan menjadi legacy pada "ruang digital" Indonesia,” katanya. Pada rentang ekonomi digital yang masih sangat muda, anak-anak bangsa kita telah mampu menorehkan legacy yang bukan hanya manis untuk dikenang, namun juga pasti akan menginspirasi pencapaian anak bangsa lainnya di ranah digital dunia.
Menurutnya, fenomena ini juga membuktikan bahwa pada "ruang digital" anak bangsa mempunyai kesempatan yang sama dengan negara-negara lain di dunia, bahkan dengan negara maju sekalipun. “Pada dunia yang makin digital, cakrawala pandang terhadap pasar harus lebih luas terbentang,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama di Vietnam, tutur dia, Presiden Joko Widodo menggambarkan bahwa penyelesaian permasalahan dunia yang bagaikan perang yang tak berujung (infinity war). Presiden Jokowi tidak sepakat penyelesaian permasalahan dunia ala Thanos sebagaimana dalam film Infinity War yang menginginkan populasi semesta harus dikurangi karena jumlah penduduk tak sebanding dengan sumber daya alam.
ADVERTISEMENT
Presiden, sambung dia, berkeyakinan bahwa sumber daya untuk manusia itu tidak terbatas untuk menjawab tantangan dunia dengan kreativitas yang luar biasa, terutama berkat teknologi.
“Beliau (Presiden) menegaskan bahwa kini saatnya meningkatkan ekonomi yang didorong dengan sumber daya manusia yang kapasitasnya tidak terbatas, bukan hanya dengan sumber daya alam,” katanya.
Menurutnya, di tingkat global perekonomian memang sedang tak menentu, ada perlambatan, perang dagang dan lainnya. Namun bangsa Indonesia harus bersyukur karena mampu menjaga indikator-indikator makro ekonomi terpenting seperti pertumbuhan dan tingkat GINI ratio atau kesenjangan.
Dalam ranah negara-negara dengan perekenomian terbesar dunia yang tergabung dalam G20, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017 lalu adalah yang terbaik ketiga di antara 20 negara anggotanya, setelah Tiongkok dan India, yaitu sebesar 5,07 persen.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dalam hal GINI Ratio, angkanya juga cenderung terus membaik. Badan Pusat Statistik mencatat tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Indonesia menjadi sebesar 0,389 pada Maret 2018, menurun sebesar 0,002 poin jika dibanding dengan GINI Ratio pada September 2017 yang sebesar 0,393.
“Persoalan pemerataan memang hampir merupakan masalah semua bangsa. Bahkan negara-negara dengan ekonomi raksasa anggota G20 pun berkutat dengan isu kesenjangan yang sama. Beberapa bahkan mencatatkan indeks yang lebih tinggi, lebih senjang, dibanding Indonesia,” ungkapnya.
Ia lalu menuturkan hasil pertemuan anggota G20 di Jerman dan forum International Telecommunication Union (ITU) di Korea. Dalam kesempatan itu, Rudiantara mengimbau agar dunia memulai gerakan global untuk mengatasi kesenjangan kesejahteraan yang kian melebar di antara warga dunia saat ini.
ADVERTISEMENT
“Salah satu cara yang saya usulkan adalah dengan penerapan model dan strategi bisnis ekonomi inovatif digital sehingga memungkinkan shared economy, digitalisasi tenaga kerja, dan inklusi keuangan. Usulan ini tidak berangkat dari ruang hampa. Saya sampaikan pengalaman Indonesia melalui Go-jek, Tokopedia, dan Bukalapak, yang menjadi bukti bahwa digitalisasi bisa diarahkan untuk pemberdayaan tenaga kerja melalui cara-cara baru,” katanya.
Ia membeberkan, Tokopedia dan Bukalapak telah memberdayakan lebih dari satu juta usaha kecil di seluruh Indonesia. Jumlah transaksinya telah menyentuh angka tigaratusan ribu per hari untuk tiap marketplace.
Sementara itu, Go-jek telah menghidupi lebih dari satu juta pengemudi, ditambah dengan puluhan ribu gerai makanan yang bisa diakses melalui fitur Go-food.
“Kita tahu juga bahwa masih banyak terdapat layanan e-commerce dan marketplace besar lain yang juga banyak menyerap tenaga kerja untuk mengurus stok, layanan pelanggan, dan pengiriman, serta karyawan yang mengurus bisnis dan operasi perusahaan,” katanya. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT