Mewaspadai Sesar Cimandiri Sumber Gempa Bumi Jabar Selatan

Konten Media Partner
12 September 2018 14:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mewaspadai Sesar Cimandiri Sumber Gempa Bumi Jabar Selatan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Peta sumber gempa pantai selatan Jawa. (Dok. Pusat Survei Geologi (PSG) Badan Geologi)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Sukabumi dan sekitaranya menjadi daerah di Jawa Barat bagian selatan sering dilanda gempa bumi. Penyebabnya tidak lain dari aktivitas seismik sesar atau patahan gempa Cimandiri (Cimandiri Fault) yang panjangnya diperkirakan melintasi Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, sampai Subang.
Peneliti dari Pusat Survei Geologi (PSG) Badan Geologi, Asdani Soehaimi, menuturkan sesar Cimandiri mengalami pertemuan dengan sesar Lembang di Padalarang. Meski ada titik pertemuan, sejauh ini belum diketahui apakah patahan gempa bumi yang keduanya aktif itu menyambung.
Hanya saja menurut Asdani, sesar Cimandiri dan sesar Lembang memiliki perbedaan sistem gerak. “Sesar Cimandiri (bertemu) ke Lembang, tapi sitem pergerakannya berbeda. Sesar Lembang ini normal tapi yang di Padalarangnya sesar naik, dan Cimandiri pun naik,” terangnya.
ADVERTISEMENT
Patahan Lembang merupakan sumber gempa aktif sepanjang 29 kilometer yang membentang dari Lembang dan ujungnya menghilang di Padalarang. Mekanisme gerak sesar ini bergeser mendatar mengiri atau sinistral dengan kecepatan slip rate 4 - 6 mm per tahun.
Asdani mengatakan, sesar Cimandiri lebih aktif daripada sesar Lembang karena posisinya yang lebih dekat dengan tumbukan lempeng tektonik di zona subduksi selatan Jawa. “Aktivitas sesar Cimandiri lebih dekat ke jalur subduksi selatan, jadi indikasinya lebih tinggi dari patahan Lembang,” katanya.
Karena dekat dengan sumber energi gempa subduksi itulah, sesar Cimandiri diperhitungkan punya potensi gempa bumi lebih besar dibandingkan patahan gempa lainnya yang ada di Jawa Barat. Selain itu, sesar Cimandiri terdiri dari banyak segmen yang masing-masing segmen bergerak dan memiliki energi tersendiri untuk dilepaskan.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam sejarahnya, sesar Cimandiri disebut bertanggung jawab atas terjadinya gempa bumi Pelabuhanratu 1900, gempa bumi Citarik dan Cibadak 1973, gempa bumi Gandasolih-Sukaraja yang menimbulkan banyak rumah rusak.
“Yang Gandasolih saya ke sana. Waktu itu pasang seismograf, dikejar sama polisi karena dikira kita nanam bom. Padahal itu sensor,” kenangnya seraya mengingatkan agar selalu mewaspadai gempa sesar Cimandiri mengingat sejarah kegempaannya tersebut.
Peneliti lainnya dari Kelompok Keahlian Geodesi ITB, Irwan Meilano, menjelaskan sesar Cimandiri memang lebih aktif dari sesar Lembang mengingat komponen tekanan utamanya berasal dari zona subduksi pertemuan dua lempeng Eurasia dan Indo-Australia yang jaraknya 300 kilometer dari garis pantai.
“Sesar Cimandiri lebih dekat dari tekanan itu. Dan sejarah gempa lebih jelas sesar Cimandiri dibanding sesar Lembang. Dan yang tinggal di sekitar Pelabuhanratu, Cianjur selatan, itu lebih sering rasakan gempa dibandingkan yang tinggal di Bandung,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini penelitian terhadap aktivitas sesar Cimandiri masih terus berlangsung. Salah satu yang digali dari sesar ini ialah mencari ujung sesar sekaligus menentukan awal sesar Lembang. Di kalangan ahli, masalah ini masih terjadi perdebatan, apakah sesar Cimandiri nyambung dengan sesar Lembang atau tidak.
“Mungkin menyambung, mungkin juga tidak. Tapi bahwa sesar tersebut aktif itu betul, dan berpotensi menghasilkan gempa, itu betul,” tandasnya.
Selain itu, Irwan yang juga anggota tim ahli yang menyusun peta gempa bumi, merilis sidikitnya ada 25 sumber gempa bumi yang masuk dalam peta standar nasional Indonesia (SNI) 2018, antara lain, sesar Cimandiri, sesar Cimandiri-Rajamandala, sesar Cimandiri-Nyalindung-Cibeber. (Iman Herdiana)