Konten Media Partner

Nikmatnya Kopi dan Roti di Warkop Tertua di Bandung

27 Maret 2019 12:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warung Kopi Purnama, Jalan Akateri No. 22 Bandung. Warkop ini berdiri sejak 1930. (Nida Yasmin)
zoom-in-whitePerbesar
Warung Kopi Purnama, Jalan Akateri No. 22 Bandung. Warkop ini berdiri sejak 1930. (Nida Yasmin)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Jalan-jalan ke Bandung jangan lupa mampir ke tempat wisata sekaligus kedai kopi lagendaris, Warung Kopi Purnama. Warkop ini didirikan sejak 1930, ketika Indonesia belum merdeka.
ADVERTISEMENT
Warung Kopi Purnama terletak di Jalan Akateri No. 22 Bandung. Posisi warkop sangat strategis karena dekat dengan Alun-alun Kota Bandung. Warkop ini awal mula didirikan oleh Jong Atong, orang Tionghoa yang datang ke Bandung pada abad ke-20.
Jong Atong awalnya menamai kedainya Tjhiang Sho Si yang artinya “Silahkan memcicipi”. Pada tahun 1960 muncul kebijakan pemerintah Indonesia yang mengharuskan penggunaan nama lokal untuk perusahaan. Kebijakan ini berdampak pula pada kedai Tjhiang Sho Si. Maka kedai pun berganti nama jadi Warkop Purnama hingga kini.
Saat ini, Wakop Purnama sudah diurus oleh generasi ke-4. Lalu, apa saja keunikan Warkop Purnama? Warkop ini sangat terkenal dengan keaslian suasana dan menunya, mulai dari bangunannya, desain interior, kursi-kursi yang dipakai sampai menu makanan hasil resep turun-temurun. Resep kuliner yang dipakai merupakan perpaduan konsep Chinese dan Belanda.
ADVERTISEMENT
Jadi selain menikmati kopi, minuman dan aneka kulinernya, warkop tersebut juga menjanjikan suasana tempo dulu. Nuansa itu diperkuat dengan pajangan foto-foto koleksi keluarga pemilik warkop di masa lalu.
Peninggalan lain yang tak kalah menariknya ialah peralatan dapur sampai referensi berupa kamus Chinese-Melayu 1926. Nilai sejarah tersebut menjadikan Warung Kopi Purnama sebagai salah satu destinasi wisata di Kota Bandung. Warkop Purnama banyak dikunjungi berbagai kalangan, mulai komunitas pencinta sejarah, anak-anak SMA dan SMP sampai kuliahan.
Bahkan Gubernur Jabar Ridwan Kamil juga pernah mencicipi kuliner dan suasa Warkop Purnama. Tak hanya itu, warkop ini pernah digunakan tempat syuting film “Love is Cinta” pada 2007.
Pada 2016, warkop ini mendapat Bandung Creative Awards Creative and Innovative 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Pemerintahan Kota Bandung dan Indonesia Chef Association (ICA).
ADVERTISEMENT
Tak heran jika warkop ini kemudian mengundang liputan berbagai media. Lalu, bagaimana dengan menu dan harga yang ditawarkannya? Warkop tua ini tentu menyajikan minuman dan makanan khas dengan harga relatif murah.
Minuman dibanderol Rp3.000 sampai Rp23.000. Minuman rekomendasinya ialah kopi susu panas dan kopi tubruk panas yang dibikin dengan cara yang khas berdasarkan resep leluhur. Ada juga minuman cokelat panas dan matcha panas.
Sedangkan makanan dibanderol Rp13.000 sampai Rp45.000 dengan rekomendasi roti selai sarikaya yang dibikin secara homemade, lalu roti palm suiker, nasi goreng Purnama hingga cireng rujak yang disiapkan bagi generasi kekinian.
Dengan kelebihan arsitektur maupun menunya, warkop ini tidak kalah menarik dibandingkan tempat nongkrong kekinian.
ADVERTISEMENT
Tidak sedikit anak muda yang terkesan dengan Warkop Purnama. “Tempat yang enak, lagend gitu meski awalnya underestimated (pesimis) namun setelah lihat review di internet ternyata enak dan bagus gitu,” kata Bunga dan Niken, pengujung Warkop Purnama, kepada Bandungkiwari, Minggu (24/3).
Kedua pemudi tersebut awalnya tertarik dengan kopi tubruk Purnama. Tetapi mereka jatuh cinta pada tempatnya juga. “Ternyata tempatnya bagus banget dan enak terus suka juga sama roti sarikayanya,” katanya.
Aldi Renaldi Yonas, pemilik Warkop Purnama, menuturkan pihaknya berusaha mempertahankan keaslian konsep warung yang dijalankan leluhur, yakni sebagai tempat berkumpul dan bercengkerama.
Menurutnya, konsep tersebut relevan dengan situasi Bandung saat ini yang semakin ramai, bahkan sibuk. Dalam suasana sibuk, diperlukan tempat kumpul yang nyaman.
ADVERTISEMENT
“Dengan hiruk pikuk Bandung ini saya pengin adanya semacam oasis yang dimana di tengah ke padatan masih ada penghijauan dan tempat berkumpul santai. Saya juga ingin membawa pengunjung itu sesuai dengan konsep purnama zaman dulu dengan konsep ngumpul bareng, ngobrol bareng, ketemu temen bareng. Karena dahulu warung kopi itu tempat berkumpulnya orang, jadi saya ingin mempertahankan itu,” ungkap Aldi Renaldi yang merupakan generasi ke-4 pewaris Warkop Purnama. (Nida Yasmin)