Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Opera Ramayana di ISBI Bandung, Ketika Kebenaran Ditentukan Anak Panah
ADVERTISEMENT
Pementasan Opera Ramayana di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Rabu (13/12/2018). (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Batara Rama kebingungan menentukan keputusan benar dan salah untuk Anggada yang telah membunuh Dasawilakrama. Perdebatan terus bergulir, tetapi tetap tidak mampu menyelesaikan persoalan.
Dalam kebingungannya Batara Rama memutuskan panah sakti Gunawijaya yang akan menjadi hakim kasus Anggada.
Panah sakti Gunawijaya melesat untuk menentukkan keputusan benar dan salah seorang Anggada. Jika panah itu mengenai Anggada, maka Anggada bersalah. Namun sebaliknya, jika panah sakti itu tidak mengenainya, maka kebenaran ada pihak Anggada.
Lesatan anak panah itu akhirnya menembus tubuh Anggada. Anggada harus menerima takdir kematiannya, karena telah membunuh Dasawilakrama.
Kematian Anggada adalah kematian ksatria yang memertahakan kebenaran sikapnya. Meski pada akhirnya kebenaran Anggada membunuh Dasawilakrama adalah kesalahan di mata hukum kemanusiaan dan hukum kenegaraan.
ADVERTISEMENT
Perseteruan antara Batara Rama, Gunawan Wibiksana, Anggada dan Anoman yang masing-masing memerebutkan kebenaran, merupakan pesan penting pertunjukkan ‘Opera Ramayana’ yang berjudul ‘Prahara Anggada’.
Pementasan yang secara naskah dan penyutradaan oleh Lili Supali di Gedung Kesenian Sunan Ambu, Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Rabu (13/12) ini produksi Fakultas Seni Pertunjukan ISBI Bandung.
Pertunjukkan yang mengolaborasikan multimedia, tata cahaya, musik dan tari ini mencoba untuk menghadirkan pementasan yang penuh dengan beragam unsur di dalamnya.
Lili sendiri yang menjadi penulis naskah dan sutradara, malam itu tampil pula sebagai dalang yang menjelaskan makna penting pementasan. Mengurai tentang silib, sindir, siloka, sasmita, dan simbol sebagai gambaran hidup umat manusia di muka bumi.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari hal itu, hal terpenting yang disampaikan pementasan ini tiada lain bagaimana cara memandang kebenaran. Kebenaran yang selalu diperebutkan setiap individu dan kelompok tidak jarang menimbulkan konflik bahkan menelan korban jiwa.
Bahkan jika ditarik pada kondisi kekinian pementasan ini pun mampu menjadi kaca benggala untuk melihat kembali Indonesia yang memerebutkan kebenaran di antara kelompok masyarakat. (Agus Bebeng)