Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten Media Partner
Para Alumni FSRD ITB Bersilaturahmi Lewat Pameran Gambar
19 Desember 2018 15:11 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB
ADVERTISEMENT
Alumni Fakultas Seni Rupa Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung berpameran di Gedung PPK/YPK, Jalan Naripan, Bandung. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Gambar atau drawing menjadi salah satu seni tertua di dunia. Dia sudah hadir di goa-goa peninggalan masa lalu, mewujud dalam bentuk rajah atau tato di tubuh, dan seterusnya. Namun kini posisi seni gambar seakan tergeser lukisan. Lalu apa beda lukisan dan gambar?
Wacana seputar seni drawing tersebut dibedah dalam bincang-bincang santai “Drawing dalam Seni Rupa Kontemporer” di Gedung PPK/YPK, Jalan Naripan, Bandung, Senin (17/12/2018) lalu.
Binang-bincang tersebut bagian dari pameran gambar karya 44 alumni Fakultas Seni Rupa Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB). Sebanyak 44 alumni yang berpameran berasal dari berbagai angkatan di FSRD ITB. Sehingga pameran ini selain melambungkan posisi gambar dalam seni rupa, sekaligus ajang silaturahmi para alumni yang umumnya sudah senior.
ADVERTISEMENT
“Pameran ini senagai awal untuk menkurasi atau memilih berapa seniman yang bisa bikin karya dalam kelompok kecil, bisa juga pameran ini sebagai sarana silaturahmi. Jadi ada dua tujuannya,” kata Ketua Panitia Pameran Hilman Syafriadi, saat ditemui Bandungkiwari.
Peserta pameran antara lain Tisna Sanjaya, Asmujo, Anton, Kapten John, Isa Perkasa, dan Hilman sendiri.
Menurut Hilman, setiap seniman peserta pameran memiliki karakter berbeda-beda, begitu juga karyanya. Ke depan, dari pameran ini akan dibuat kembali pameran karya yang dinilai terbaik. “Nanti dikurasi sedikit pada pameran berikutnya untuk mencari karya seniman yang terbaik,” katanya.
Sementara dalam diskusi yang menghadirkan seniman yang juga Ketua Senat FSRD ITB Tisna Sanjaya dan kurator Asmudjo J Irianto, konsep-konsep yang ada pada seni gambar dibedah. Diskusi ini menghadirkan para seniman peserta pameran.
ADVERTISEMENT
Menurut Hilman, dalam praktiknya seni drawing sangat luas, bukan hanya soal teknis tapi juga konten. Konten drawing menyangkut segala sesuatu dalam kehidupan.
Bincang-bincang santai “Drawing dalam Seni Rupa Kontemporer” di Gedung PPK/YPK, Jalan Naripan, Bandung. (Iman Herdiana)
“Kalau teknisnya kan tetap pakai pensil, arang, tinta dan media digital. Tapi kan diarahkan pada konten kemudian pada konsep. Karya itu akan menjadi penting ketika konsep yang dimunculkan itu apa. Selain teknis, yaitu keterampilan menggambar atau skill,” terang Hilman.
Ide atau gagasan menjadi unsur penting dari sebuah drawing, terlebih dalam konteks seni rupa kontemporer. Ide tersebut harus lain dari yang lain, unik, dan tidak dimiliki oleh orang lain atau bukan pengulangan.
ADVERTISEMENT
Tetapi ada juga karakter dari drawing yang tidak lepas dari senimannya. “Misalnya Pak Tisna, karakternya melekat di dalam karyanya. Apa pun yang dia bikin menjadi nilai tersendiri, masalah bagus dan jeleknya itu lain lagi. Tapi ada karakter khas dari senimannya,” katanya.
Sementara Asmudjo menambahkan, pameran ini lebih bersifat silaturahmi sambil merumuskan pameran berikutnya dengan karya yang lebih terkurasi. Selain silaturahmi, juga sebagai upaya menyegarkan kembali seni gambar.
“Ini kumpul-kumpul dulu sambil coba merefresh kemampuan menggambar. Kan kemampuan itu setiap anak seni rupa pasti bisa menggambar. Ini kan karena ikatan alumni semuanya, ada beberapa dari desain ga khusus drawing.”
“Cuma saya tekankan drawing itu sebenarnya basic anak-anak dari seni rupa coba direfresh, dipamerkan, yang mungkin mau mencatat sudah sejauh apa drawing menjadi kapasitas yang diterapkan sebagai karya seni. Memang ada yang cukup kuat, ada yang masih seperti pemula karena sudah lama mungkin ga ngedrawing,” kata kurator Lawang Wangi ini.
ADVERTISEMENT
Dalam pameran drawing ke depan, menurutnya perlu dilakukan seleksi sehingga karya yang dipamerkan memiliki kualitas setara. “Kalau ini kan kayak arisan ya siapa saja, kualitas apa pun ya mangga. Itu agak merugikan karena ada beberapa karya yang cukup kuat, strong, itu menjadi agak baur dengan yang mungkin kurang begitu kuat sebagai karya gambar,” katanya.
“Jadi tujuannya masih kumpul-kumpul dulu, saya usulkan ke depan lebih fokus dalam seleksi, bisa ditetapkan kualitasnya. Kalau ini kan kita ga seleksi siapa pun boleh, jadi masih kumpul-kumpul,” ujarnya. (Iman Herdiana)