news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pembangunan Terowongan Air di Curug Jompong Ancam Pasokan Listrik dari Saguling

Konten Media Partner
7 Desember 2018 15:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangunan Terowongan Air di Curug Jompong Ancam Pasokan Listrik dari Saguling
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Anak sungai Cikapundung, Kota Bandung, yang bermuara ke sungai Citarum. (Iman Herdiana)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Rencana pembangunan terowongan air (tunnel) di Curug Jompong, Kabupaten Bandung, dinilai memiliki resiko besar terhadap waduk Saguling maupun di anak-anak sungai Citarum.
Bagi waduk Saguling, terowongan air tersebut akan menimbulkan banjir lumpur. Sedangkan anak-anak sungai Citarum akan tererosi sehingga beresiko menggerus fondasi jembatan maupun rumah-rumah di pinggir sungai.
Pembangunan terowongan air yang direncanakan pemerintah pusat itu tujuannya untuk melancarkan air sungai Citarum yang tertahan di Curug Jompong karena kurangnya tingkat kemiringan sungai. Hal ini turut berkontribusi pada banjir luapan sungai yang melanda kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya.
Pengamat lingkungan T Bachtiar mengatakan, rencana pembangunan terowongan air sebenarnya dampaknya akan sama dengan penyodetan Curug Jompong yang sebelumnya sempat diwacanakan.
ADVERTISEMENT
“Jadi terowongan atau diturunkan sebetulnya sama saja akan memindahkan endapan dari Curug Jompong, Dayeuhlolot dan dari arah hulu-hulunya. Pertanyaannya, siap tidak Saguling?” kata T Bachtiar yang juga aktivis komunitas Geotrek, di Bandung, baru-baru ini.
Ia memprediksi, jika terowongan dibikin akan mengalirkan jutaan meter kubik lumpur dari sungai menuju Saguling yang jaraknya sekitar 20 kilometer dari Curug Jompong.
“Bisa diitung berapa juta kubik tuh, kalau ketebalannya enam meter di sini sepanjang 20 kilometer akan tiba-tiba ke Saguling,” katanya.
Menurutnya, memang masuk akal jika terowongan tersebut akan melancarkan arus air sungai Citarum yang melintas di Curug Jompong. Sehingga volume air di kawasan Dayeuhkolot dan sekitarnya yang selalu terendam banjir kala musim hujan akan berkurang.
ADVERTISEMENT
Hanya saja perlu dipikirkan dampaknya pada Saguling maupun pada anak-anak sungai di atasnya. Dengan derasnya luncuran air dari Dayeuhkolot, menurutnya otomatis anak-anak sungai Citarum akan ikut menyesuaikan.
“Siap tidak fondasi jembatan menggantung, pondasi rumah pinggir sungai menggantung. Siap tidak Saguling menerima endapan lumpur dari Curug Jompong sampai Dayeuhkolot, sampai anak-anak sungainya,” katanya.
Jika hal itu terjadi, maka Saguling dikhawatirkan akan kering. Ini tentu menjadi ancaman serius mengingat waduk ini menjadi pemasok listrik bagi Jawa-Bali. (Iman Herdiana)