Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.0
Konten Media Partner
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Seni Genting Logam
8 Desember 2018 12:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Titik adalah jalan keberangkatan garis yang mengolah tafsir imaji pada nirmana. Melahirkan keindahan pada luas bidang yang melarungkan daya cipta menjadi bentuk seni.
Titik itulah yang dibentuk secara tepat dengan berkelanjutan, pada seni genting tembaga di Rumah Pernawa Jatihandap, Kabupaten Bandung.
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Di Rumah Pernawa kegaduhan adalah irama khas yang tidak pernah surut lahir dari hantaman palu dan tatah di tubuh plat logam. Irama yang tidak ritmis itu telah melahirkan karya seni genting yang menjadi ornamen indah untuk dinding maupun atap rumah.
Daranindra Josi yang menjadi dinamo untuk menggerakkan seni genting tersebut. Anak perempuan dari maestro rupa Indonesia (alm) Surya Pernawa itu memang meneruskan jejak sang bapak membangun pemberdayaan masyarakat Jatihandap untuk bersentuhan dengan seni genting tembaga.
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Kerajinan yang menggunakan media pelat logam ini memang tidak sunyi seperti seni lukis. Namun di balik tempaan palu sejatinya berlangsung proses transformasi keindahan yang tidak ternilai.
"Di sini kita memberdayakan masyarakat sekitar untuk membuat seni genting. Apalagi saat ini kami sedang ada pengerjaan interior yang cukup lumayan," ucap perempuan yang menjadi konsultan museum ini.
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Josi demikian panggilannya, memang ingin membuat karya seni yang mampu memberdayakan masyarakat. Untuk itu tidak mengherankan apabila ia menarik masyarakat sekitar untuk terlibat dalam proyek keseniannya.
Selain memang karena faktor kebutuhan sumber daya manusia untuk pengerjaan produk seni tersebut, kegiatan melibatkan masyarakat, memang karena amanat sang bapak.
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
"Bapak ingin seni tidak berjarak dengan masyarakat. Karena menurut bapak seni harus menjadi bagian integral dari realitas sosial," ujarnya seraya mengenang sang bapak.
Selain untuk terlibat dalam produksi barang seni, Josi pun memiliki misi agar masyarakat lebih akrab dengan beragam produk budaya warisan leluhur seperti halnya batik.
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
"Setidaknya dengan membuat karya yang berdasar pada motif batik, mereka memahami batik sebagai warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan," tegasnya berapi-api.
Maka tidaklah mengherankan apabila di Rumah Pernawa, produk seni gentingnya banyak mengambil beragam motif batik nusantara.
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Motif batik yang diterjemahkan dalam seni genting ini memang bukan kali pertama dibuat. Namun kegiatan masyarakat yang terlibat secara langsung menjadi sarana pembelajaran memahami dunia batik yang penuh dengan nilai-nilai budaya.
Warga Jatihandap, Kabupaten Bandung, terlibat dalam proses pewarnaan seni genting di Rumah Pernawa. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Melalui seni genting yang menuntut kesabaran dan ketajaman mata para pembuatnya, kita seolah disadarkan bagaimana titik merupakan awal perjalanan peradaban manusia di dunia. Bukankah sesungguhnya kehidupan pun berawal dari titik? (Agus Bebeng)