Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten Media Partner
Pemkot Bandung Salurkan Beras Lewat Mesin ATM
1 Agustus 2018 8:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
ATM Beras Pemkot Bandung. (Dok Pemkot Bandung)
BANDUNG, bandungkiwari - Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung memberikan bantuan beras bagi warga kurang mampu. Namun, kali ini beras disalurkan melalui mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM).
ADVERTISEMENT
Sama halnya dengan ATM bank, beras hanya bisa diambil menggunakan kartu elektronik.
Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, mengatakan ATM beras ini merupakan salah satu inovasi Pemkot Bandung melalui Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung. Tujuannya menyasar bagi masyarakat yang tidak terdata penerima raskin.
“Raskin kan sistem memberi kepada warga tidak mampu. Kalau itu diberikan langsung Pak RT-nya, sekarang cukup pakai kartu. Sehingga mungkin kurang baik dalam prosesnya kalau manual,” kata Ridwan usai acara peluncuran ATM beras di Lapangan Urugan, Jalan AH Nasution, Selasa (31/7/2018).
Pria yang karib disapa Emil ini berencana bakal menyediakan ATM beras di 151 kelurahan di Kota Bandung. Namun, untuk distribusi beras melalui mesin ATM ini dilakukan di rumah ibadah seperti masjid, gereja ataupun tempat ibadah lainnya.
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini mesin ATM beras secara simbolis kan diberikan enam unit terlebih dahulu yang ditempatkan di Masjid Abu Bakar Ash Shiddiq di Kecamatan Gedebage, Masjid An Nur di Kecamatan Antapani, Masjid Atlas di Kecamatan Kiaracondong, Masjid AL Ikhlas di Kecamatan Cicendo, Masjid Al Fitroh di Kecamatan Bandung Kulon dan Gereja Tabernakel di Kecamatan Cibeunying Kaler.
“Alasannya adalah agar sambil meminta berasnya, tentu ada nasehat untuk keluar dari jurang kemiskinan oleh para ulama kalau di masjid, dan oleh para pendetanya, kalau di gereja. Sehingga pulang-pulang tetap dapat bantuan, dan dapat nasihat,” ujarnya.
Dijelaskan Emil, satu mesin ATM beras menghabiskan dana Rp33 juta rupiah, yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Guna memenuhi kebutuhan di 151 kelurahan, maka diperlukan anggaran sekitar Rp5 miliar rupiah.
ADVERTISEMENT
Dengan dana yang cukup besar tersebut, Emil sengaja mengarahkan agar distribusi ATM beras dilaklukan di rumah ibadah, agar mampu memberikan pengawasan lebih ketat terhadap penyaluran beras. Sehingga, kata dia, meminimalisir dugaan kecurangan atau penyelewengan dalam pembagian beras.
“Kedua untuk mengurangi proses kecurangan yang sering banyak dilaporkan oleh proses biasanya kan. Sehingga penyalurannya ini ada proses (perbaikan) mental karena nggak mungkin dalam logika kita, masa orang membohongi proses di rumah ibadah,” katanya.(Utara Jaya)