Konten Media Partner

Peneliti Badan Geologi Petakan Zona Likuifaksi Palu

9 Oktober 2018 14:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti Badan Geologi Petakan Zona Likuifaksi Palu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Peta zona likuifaksi Palu dan sekitarnya. (Badan Geologi)
BANDUNG, bandungkiwari – Peneliti dari Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) membuat peta zona bahaya likuifaksi Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), dan sekitarnya. Peta ini menunjukkan Palu memiliki potensi tinggi likuifaksi karena kondisi tanahnya yang lemah.
ADVERTISEMENT
Peneliti Badan Geologi, Risna Widyaningrum, mengungkapkan peta zona bahaya likuifaksi Kota Palu dibuat berdasarkan hasil studi pada 2012 atau jauh sebelum terjadi gempa bumi dan tsunami 28 September lalu.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kondisi Palu dan sekitarnya rawan likuifaksi saat terjadi gempa bumi. Sehingga pemanfaatan lahan di sana harus diperhatikan.
“Likuifaksi kota Palu dominan tinggi -sangat tinggi sehingga perlu diperhatikan pemanfaatan lahan sebagai kawasan budidaya seperti pemukiman, prasarana fisik dan industri,” kata Risna, dalam dalam Geoseminar “Jejak Patahan Palu-Koro: Gempa Donggala & Palu 2018” di Museum Geologi Geologi, Bandung, pekan lalu.
Penelitian dilatarbelakangi Kota Palu sebagai daerah yang sering terjadi gempa. Sedangkan geologi Palu didominasi oleh endapan kuarter yang terdiri dari endapan fluviatil dan alluvium yang berpotensi terjadinya likuifaksi. Salah satu sumber gempa Palu ialah patahan Palu Koro yang memiliki potensi gempa bumi dengan kekuatan magniduto 7.
ADVERTISEMENT
“Dari latar belakangnya saja penelitian di daerah tersebut berpotensi likuifaksi,” kata Risna.
Dalam penelitian ini, tim melakukan survei di 33 titik penelitian. Tim melakukan pemetaan geologi teknik yang meliputi morfologi dan kemiringan lereng, sifat keteknikan tanah dan batuan, struktur geologi, keairan, dan bahaya geologi.
Formasi tanah di Palu dan sekitarnya umumnya mudah mengalami pelapukan karena terdiri dari lempung, lanau dan pasir. Berbagai jenis tanah tersebut dihitung berdasarkan metode dan rumus untuk menghasilkan nilai perhitungan kuantitatif (LPI).
Peneliti lalu membagi peta ke dalam tiga zona likuifaksi, yaitu potensi sangat tinggi (nilai lpi >15), potensi tinggi (nilai lpi 5 - <15), dan potensi rendah <5. Berdasarkan peta tersebut, peneliti memprediksi lokasi terdampak likuifaksi dengan potensi sangat tinggi ialah Kalukubula, Birobuli, Tatura, Sunju, Tatura, Lolu, Petobo, Kawatuna, Lere,Tatura, Birobuli Selatan.
ADVERTISEMENT
Potensi tinggi terdiri dari Lolu, Besusu, Talise, Bayaoge,Talise, Tanamodindi, Lasoani, Petobo. Sedangkan potensi sangat rendah-rendah terdiri dair Besusu Tengah, Kalukubula, Dolo Kotarinau, Kotapulu, Baliase,Tatura, Lolu Selatan, Besusu Barat, Birobuli, Birobuli Utara, Kamoji.
Dalam peta, daerah dengan potensi sangat tinggi berwarna pink, potensi tinggi berwarna krem, dan potensi rendah berwarna hijau.
“Menurut informasi dari teman-teman yang sudah melakukan tanggap darurat, Potobo yang ada rumah berjalannya itu ada di potensi sangat tinggi. Bandara mengalami kerusakan, juga pantai Talise, hotel Roa-roa,” kata Risna.
Risna menambahkan, Balaroa yang juga kawasan lokasi bencana 28 September, tidak termasuk yang disurvei mengingat terbatasnya waktu penelitian. (Iman Herdiana)