Bakat Silat Hanifan Menurun dari Orang Tuanya

Konten Media Partner
30 Agustus 2018 8:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Momen Jokowi dan Prabowo berpelukan dengan atlet Pencak Silat di Asian Games 2018 (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Momen Jokowi dan Prabowo berpelukan dengan atlet Pencak Silat di Asian Games 2018 (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Pesilat Hanifan Yudani Kusumah melakukan aksi mencengangkan saat berhasil meraih medali emas di Asian Games 2018. Dia membuat Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, berpelukan.
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu terjadi saat Hanifan berhasil memenangkan babak final kelas c putra 55-60 kilogram. Ia berhasil mengatasi pesilat Vietnam, Tha Linh Nguyen, di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, Rabu, (29/8).
Hanifan yang tergabung di Perguruan Silat Tadjimalela di Bandung, Jawa Barat, mendapat tanggapan positif dari tempat ia berlatih.
“Kalau melihat (aksi) itu menunjukkan bahwa dari olahraga khususunya pencak silat bisa mengubah persepsi masyarakat bahwa mereka berdua itu enggak ada apa-apa. Baik-baik aja ternyata,” kata Humas Perguruan Tadjimalela Bandung, Agvi Firdaus, saat berbincang dengan Bandungkiwari, Rabu (29/8).
Agvi yang menyaksikan pertandingan di televisi mengaku terkejut dengan aksi Hanifan seusai meraih medali emas. “Enggak nyangka sih, kaget bisa gitu (memeluk Jokowi dan Prabowo),” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Hanifan merupakan salah satu atlet berbakat dalam olahraga pencak silat. Talentanya dalam bela diri menurun dari kedua orang tuanya yang juga atlet pencak silat.
Dani Wisnu, ayah Hanifan merupakan pesilat tingkat dunia sempat menjadi pelatih di pelatnas sebagai persiapan Indonesia Bangkit 2005.
Sedangkan ibunya, Dewi Yanti Kosasih (40), adalah mantan pesilat putri Jawa Barat. Pada masa jayanya, sang ibu sering mengharumkan dunia persilatan dengan sederet prestasi. Di antaranya Kejuaraan Dunia Kuala lumpur 1989, Kejuaraan Dunia Belanda 1991, SEA Games Singapura 1993, dan Thailand Open 1992.
Menurut Agvi, sehari-hari Hanifan merupakan orang yang supel. “Sehari-hari anaknya supel dan ceria. Kalau orang Sunda nyebutnya cengos. Ya asyik lah anaknya,” kata Agvi. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT