PT DI Tampilkan Pesawat Tanpa Awak "Black Eagle"

Konten Media Partner
30 Desember 2019 20:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesawat tanpa awak Elang Hitam ditampilkan perdana di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Senin (30/12). (Foto: Ananda Gabriel)
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat tanpa awak Elang Hitam ditampilkan perdana di hanggar PT Dirgantara Indonesia, Senin (30/12). (Foto: Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
BANDUNG, bandungkiwari - PT Dirgantara Indonesia (PT DI) untuk pertama kalinya menampilkan drone atau pesawat udara nir awak tipe Medium Altitude Long Endurance (PUNA MALE) di hanggar PT DI, Kota Bandung, Senin (30/12). Drone itu dinamai Elang Hitam atau Black Eagle.
ADVERTISEMENT
Pesawat tanpa awak ini merupakan hasil kolaborasi konsorsium yang terdiri dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Pertahanan, TNI AU, ITB, PT Dirgantara Indonesia, dan PT LEN Persero.
Menurut Kepala BPPT, Hammam Riza, pesawat tanpa awak ini mampu terbang terus menerus selama 24 jam. Drone ini diharapkan bisa membantu aparat menjaga kedaulatan NKRI dari udara. "Dengan pengendalian tanpa pilot ini kebutuhan pengawasan dari udara menjadi efisien," kata Hammam.
Hammam menambahkan, kebutuhan pengawasan di udara terus bertambah seiring dengan meningkatnya jumlah ancaman. “Seperti di daerah perbatasan, terorisme, penyelundupan, pembajakan, serta pencurian sumber daya alam misalnya illegal logging dan illegal fishing," ujarnya.
Menurut Hammam, perancangan PUNA MALE ini telah dimulai sejak 2015 oleh Balitbang Kementerian Pertahanan dengan melibatkan TNI, Ditjen Pothan Kemhan, BPPT, ITB, dan PT Dirgantara Indonesia (Persero). Terkait pengembangan ini, disepakati pula rancangan kebutuhan dan tujuan (DR&O) yang akan dioperasikan oleh TNI khususnya TNI AU.
ADVERTISEMENT
Proses perancangan ini dirintis dengan kegiatan preliminary design, basic design dengan pembuatan dua kali model terowongan angin dan hasil ujinya di 2016 dan 2018 di BPPT. Seiring dengan itu disiapkan pula engineering document and drawing pada 2017 dengan anggaran dari Balitbang Kemhan dan BPPT.
Kemudian pada tahun ini, anggota konsorsium bertambah dengan masuknya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). "Kini dengan tim yang lebih lengkap, saya harapkan seefektif untuk menghidupkan industri nasional yang dapat mendukung industri alat sistem pertahanan," ujarnya.
Pada kesempatan ini Hammam juga menyampaikan sebutan elang hitam atau Black Eagle untuk drone ini dicetuskan oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang P.S. Brodjonegoro.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Elfien Goentoro mengatakan drone hasil karya anak bangsa ini ditargetkan bisa uji terbang perdana pada 2020 mendatang. "Tahun depan targetnya bisa terbang perdana. Sekarang masih dalam development manufacturing," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pada tahun depan pula akan dibuat dua unit prototipe berikutnya, masing-masing untuk tujuan uji terbang dan uji kekuatan struktur di BPPT. Selain itu akan dimulai juga proses sertifikasi produk militer yang diharapkan bisa meraih sertifikat tipe dari Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan RI (IMAA) pada tahun 2021. (Ananda Gabriel)