Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Kota Bandung yang dinobatkan sebagai Kota Ramah Anak Tingkat Nindya nyatanya masih memiliki angka Anak yang Dilacurkan (AYLA) yang cukup tinggi. Berdasarkan pemetaan cepat yang dilakukan oleh Konfederasi Anti Pemiskinan (KAP) Indonesia pada Juni 2019, terindentifikasi terdapat 727 anak di tiga kecamatan, yaitu Andir, Batununggal, dan Rancasari. Dari angka itu, 500 di antaranya merupakan anak perempuan, 220 anak laki-laki, dan 7 sisanya merupakan transpuan anak, dengan usia terendah 12 tahun.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, belum bisa dibuktikan bahwa keseluruhannya terindikasi AYLA. Bisa jadi sebagian di antaranya dalam situasi rentan. Kemajuan teknologi pun menjadikan transaksi dari AYLA ini dapat melalui perantara online ataupun offline.
Menurut Program Manager Program Peduli KAP Indonesia, Anita Gayatri, ada beberapa faktor yang mendorong seorang anak dalam situasi AYLA, salah satunya adalah ekonomi. Selain itu, gaya hidup, disintegerasi keluarga, lingkungan pertemanan, serta perkembangan kota juga dinilai dapat mendorong anak dalam situasi AYLA.
"Tidak ada indikator tunggal yang memyebabkan anak-anak kemudian berada dalam situasi AYLA," tutur Anita, Kamis (29/8).
KAP Indonesia melalui Program Peduli yang melakukan pendampingan terhadap anak-anak yang terindikasi AYLA sejak tahun 2015. Saat ini jumlah anak yang didampingi oleh KAP Indonesia mencapai angka 323 anak.
ADVERTISEMENT
Program Peduli sendiri bergerak di beberapa wilayah di Kota Bandung, yaitu Kecamatan Cidadap, Sukajadi, Coblong, dan Cibeunying Kaler. Pada tahun 2018-2019, ada beberapa daerah baru yang menjadi fokus, yaitu Kecamatan Andir (Kelurahan Garuda), Batununggal (Kelurahan Cibangkong), dan Rancasari (Kelurahan Cipamokolan).
Empat wilayah pertama dinilai sebagai kantong-kantong AYLA tersebut berada. Sehingga, keempat wilayah tersebut menjadi target wilayah untuk pendampingan anak-anak AYLA.
Menurut Anita, informasi untuk identifikasi wilayah serta anak-anak yang dalam situasi rentan AYLA didapatkan dari anak-anak yang didampingi oleh KAP Indonesia. "Penjangkauan pun sistemnya snowball," ungkap Anita.
Melalui Program Peduli, KAP Indonesia berusaha untuk melakukan penarikan terhadap anak yang berada di dalam situasi eksploitatif. Selain itu, KAP Indonesia berusaha untuk bekerja sama dengan berbagai komunitas untuk melakukan pencegahan. Koordinasi dengan pemerintahan juga dilakukan. "Kami tentu tidak bisa bekerja sendiri," tandas Anita.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya Program Peduli dibentuk sebagai program pemberdayaan kelompok masyarakat yang selama ini terpinggirkan, bahkan terlupakan dari program pembangunan, salah satunya adalah pilar anak. Diharapkan, program pembangunan dapat lebih inklusif melalui program ini.
Menurut Anita, Program Peduli sendiri sudah mampu mereduksi stigma-stigma negatif yang muncul di masyarakat, salah satunya mengenai anak yang termarjinalkan. Selain itu, di sisi kesehatan, kebersediaan anak untuk melakukan pemeriksaan dan menceritakan masalah kesehatan yang dialaminya juga merupakan sebuah capaian bagi Program Peduli. (Assyifa)