Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten Media Partner
Ruang Seni Di Bandung Bertambah Dengan Hadirnya Rumah Zafa
21 Agustus 2018 16:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Pameran lukisan di Rumah Belajar ZaFa, Jalan Sukawangi 45 Sersan Bajuri, Bandung. (Istimewa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Ruang seni rupa di Bandung kini bertambah setelah dibukanya Rumah Belajar ZaFa. Berlokasi di Bandung utara, tepatnya di Jalan Sukawangi 45 Sersan Bajuri, Rumah Belajar ZaFa hadir sebagai ruang alternatif seni rupa dalam konsep galeri rumahan.
Seniman pemilik Rumah Belajar ZaFa, Tri Karyono, menjelaskan didirikannya Rumah Belajar ZaFa untuk mendekatkan seni kepada masyarakat. Sehingga baik galeri, karya seni, maupun proses senimannya berbaur dengan kehidupan sosial.
“Rumah Belajar ZaFa sebagai wahana alternatif inklusif untuk kegiatan pendidikan seni dan pengabdian pada masyarakat,” terang Tri Karyono yang juga doktor seni yang mengajar di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), kepada Bandungkiwari.
Rumah ZaFa dibuka dengan pameran pertamanya yang bertajuk "Distraksi Visual" 18 Agustus lalu. Pameran ini menghadirkan lebih dari 40 karya Tri Karyono.
ADVERTISEMENT
Disebut galeri rumahan, karena Rumah ZaFa sekaligus menjadi tempat tinggal pengajar yang pernah berkegiatan seni di sejumlah negara, antara lain, Malaysia, Peru, Jepang, Afrika Selatan, India, Australia dan Ceko, itu.
Selanjutnya, hadirnya Rumah ZaFa diharapkan bisa menjadi wadah alternatif proses berkarya seni untuk pendidik seni/guru yang tetap harus mengembangkan kompetensi seni, tanpa harus berpikir bahwa berkarya dan berpameran harus di tempat eksklusif seperti galeri, gedung pertunjukan dan lainnya.
Tak hanya guru, Rumah Belajar ZaFa terbuka untuk seniman lain, mahasiswa seni rupa, seni tari, musik dan teater. “Rumah dapat dijadikan studio inklusif yang leluasa untuk berkarya sekaligus mempertunjukkan pada khalayak,” tandasnya.
Menurutnya, kompetensi berkarya seni yang terpelihara ditandai dengan tetap berkarya dan berpameran tanpa pamrih. Ia lalu mengutip seniman legendaris Bandung, Popo Iskandar, bahwa “genteng-genteng ulah potong”, dalam konteks seni dimaknai sekecil apapun kiprah seni tetap semangat berkarya, tanpa harus banyak alasan yang menjadi aral melintang dalam berproses.
ADVERTISEMENT
Dan untuk masyarakat sekitar, ia berharap perlahan tapi berimbas bahwa “berkesenian di rumahan” menghapus ketidaktahuan akan seni karena sekat perjumpaan estetik yang dianggap rumit.
Kurator sekaligus seniman alumni FSRD ITB Diyanto menilai, kehadiran Rumah Belajar ZaFa perlu disambut hangat pecinta seni di Bandung. Menurutnya, selain bertambah lagi satu ruang elaborasi bagi para pelaku seni dan masyarakat di Bandung, sejatinya rumah Zafa adalah ruang yang memungkinkan bagi terciptanya realitas ambang, suatu realitas yang hadir dari ungkapan seni dan membuka peluang bagi siapa pun untuk melihat ke luar dan ke dalam, merefleksikan pengalamannya. (Iman Herdiana)