Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Pengadaan mesin parkir elektronik atau e-parkir di Kota Bandung masih mendapatkan kritikan dari masyarakat. Lebih dari dua tahun diresmikan, mesin berwarna merah tersebut masih dinilai kurang efektif penggunaannya. Pasalnya, masyarakat lebih memilih melakukan pembayaran secara tunai kepada juru parkir yang bertugas.
ADVERTISEMENT
Yuki Setiawan (36) salah satunya. Pengemudi bis tersebut mengaku jarang memanfaatkan mesin e-parkir. "Kalau simpelnya sih ke tukang parkir, enggak ribet juga," ujarnya, di Bandung, Jumat (22/11).
Hal senada juga diungkapkan seorang juru parkir di Jalan Dalem Kaum. Ali Saili (41) menyebutkan, bahwa masyarakat lebih memilih membayar secara tunai kepada dirinya ketika memarkirkan kendaraan di wilayah tersebut, dibandingkan dengan memanfaatkan mesin e-parkir. Bahkan, ia pribadi pun cenderung memilih pembayaran secara tunai.
"Mending bayar cash, lebih praktis. Ibarat kan kita dapat uang berapa nih, tinggal setor ke Dinas Perhubungan (Dishub)," ujar Ali.
Meski begitu, pihak Dishub tetap bertahan dengan sistem e-parkir tersebut. Pasalnya, menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perparkiran Dishub Kota Bandung, Nasrul Hasani, sistem ini dilakukan sebagai solusi untuk menetapkan biaya parkir kendaraan. Ia pun menjamin biaya yang dibayarkan masyarakat melalui mesin tersebut akan masuk ke kas daerah Kota Bandung.
ADVERTISEMENT
"Prinsipnya kita tidak boleh di satu titik, kita harus maju, kita harus berkembang. Mesin parkir ini salah satu upaya kita di dalam mengubah pola," tuturnya.
Meski begitu, nyatanya pemanfaatan mesin e-parkir pun tidak berhasil mendongkrak pendapatan parkir Kota Bandung. Nasrul menyebutkan, hingga kini retribusi parkir yang diterima Kota Bandung mencapai angka sekitar Rp8 miliar. Padahal, target yang ditetapkan adalah Rp72 miliar. "Masih jauh (dari target)," aku Nasrul.
Akan tetapi, Nasrul optimistis retribusi tersebut dapat menembus angka Rp10,4 miliar di akhir tahun 2019. "Kita berupaya, syukur-syukur kalau bisa lebih," tandasnya.
Nasrul tidak menutup mata jika sebagian masyarakat cenderung masih memilih melakukan pembayaran secara tunai. Namun Nasrul tetap mengimbau agar masyarakat memanfaatkan mesin tersebut.
ADVERTISEMENT
"Apapun upaya kami, sebesar apapun usaha kami, kalau tidak ada peran serta dari masyarakat, kami pun tidak berarti apa-apa," katanya. (Assyifa)