Psikolog: Pribadi Pendiam dan Santun Jadi Beringas dalam Kerumunan

Konten Media Partner
26 September 2018 11:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Psikolog: Pribadi Pendiam dan Santun Jadi Beringas dalam Kerumunan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pendukung sepak bola. (Pixabay)
BANDUNG, bandungkiwari – Dari kacamata psikologi, Haringga Sirla merupakan korban dari hilangnya kesadaran pribadi (self awareness) para pelaku pengeroyoknya. Pengeroyokan dilakukan secara bersama-sama oleh orang-orang yang kehilangan kesadaran pribadi dan digantikan oleh perilaku kelompok atau kerumunan.
ADVERTISEMENT
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKI), Teddy Hidayat, menjelaskan kesadaran diri ditandai dengan melemahnya kontrol diri yang berkaitan dengan rasa takut, rasa bersalah, rasa malu atau komitmen individual.
Hilangnya kesadaran diri itu memicu munculnya deindividualisasi. Maka orang yang sehari-hari sopan, penurut, bisa berubah beringas ketika berada dalam kerumunan atau kelompok massa.
Menurut Teddy, orang yang mengalami deindividualisasi ketika berada dalam kelompok massa maka identitas pribadinya tidak dikenali atau tersembunyi dalam seragam suatu kelompok itu.
Hal itu terjadi dalam kasus pengeroyokan oleh suporter olahraga terhadap suporter lawan yang berujung kematian.
Ilustrasi kerumunan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kerumunan. (Foto: Thinkstock)
“Latar belakang pelaku pengeroyokan tersebut sehari-harinya penurut dan santun dapat berubah beringas, kejam, dan tidak berprikemanusiaan, terlebih bila ada yang berperan memberi komando untuk melakukan tindakan tersebut,” terang Teddy, Rabu (26/9/2018).
ADVERTISEMENT
Pemicu keberingasan lainnya, tutur Teddy, adanya aktivitas dalam kelompok (provokator) yang membangkitkan rasa sentimem dan "mendistorsi pikiran". Misalnya, suporter olahraga yang mendukung tim lawan adalah musuh sehingga boleh diperangi atau dibunuh.
"Terlebih lagi jika terdapat pemimpin kelompok yang kharismatik, mengambil alih super ego individu anggota kelompoknya. Dengan demikian perilaku individu anggota kelompok akan dikendalikan, menurut standar pemimpinnya atau pemberi komando," kata Teddy.
Pada pengikut fanatik, kepribadian individual yang pendiam dan santun dipengaruhi oleh perilaku kelompok yang sangat berani, tidak merasa bersalah, arogan, dan meyakini bahwa tindakannya benar.
“Hal itu bukan karena kepribadian patologis tapi lebih disebabkan pengaruh kelompok,” jelasnya. (Arie Nugraha)