Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Setelah Kalah dari Polandia, Indonesia Tumbangkan Prancis
14 November 2018 20:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB

ADVERTISEMENT
Indonesia menang lawan Prancis di babak penyisihan di grup F HWC 2018 yang digelar di Zocalo, Mexico City, Selasa (13/11/2018). (Dok. Tim Indonesia untuk HWC 2018)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Tim nasional untuk mulai menjalani babak penyisihan di grup F dengan pertandingan melawan Polandia dan Prancis di Zocalo, Mexico City, Selasa (13/11). Tim Indonesia sukses mengandaskan Prancis dengan skor akhir 9-2 setelah sebelumnya kalah dramatis 6-7 atas Polandia pada pertandingan perdananya di HWC 2018.
Dari siaran pers yang diterima Bandungkiwari, kemenangan besar Indonesia tidak lepas dari penampilan meyakinkan dari Rizal Ferdian yang mencetak lima gol ke gawang Prancis. Hingga tujuh menit pertama berakhir, Indonesia unggul 6 gol tanpa balas.
Memasuki babak dua, tim yang bermaterikan, Rizal Ferdian Somawijaya, 24 tahun, Eva Dewi Rahmadiani, 34 tahun, Dego Z. Arifin, 25 tahun
Adam Riyaldi, 21 tahun, Miftaul Maarif, 19 tahun, M. Fajar Priatna, 25 tahun, Rizal Eka Saputra, 26 tahun, dan Yandi Abdul Rajab, 24 tahun tampil semakin percaya diri. Apalagi para pemain mendapatkan dukungan langsung Duta Besar Yusra Khan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia Mexico City yang hadir bersama staf dan beberapa warga negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Samsul Rizal asal Lombok yang masuk di babak kedua berhasil mencetak gol pertamanya. Disusul berturut-turut gol dari Dego, serta dua gol dari Yandi.
Dalam pertandingan street soccer, setiap tim menurunkan empat pemain di lapangan termasuk kiper. Khusus di turnamen HWC, setiap tim wajib merotasi seluruh pemainnya. Setiap pertandingan berlangsung dua babak dengan waktu setiap babak selama tujuh menit.

Pelatih tim nasional, Aulia Rahman juga memasukkan Eva pada beberapa menit menjelang pertandingan berakhir. Eva merupakan satu-satunya pemain perempuan dalam tim dan yang pertama diturunkan selama keikutsertaan Indonesia dalam HWC sejak tahun 2011 silam. “Begitu permainan tim terlihat lebih solid, rotasi kami lakukan,” ujar Aulia.
Kemenangan ini membuktikan tim Indonesia sudah bangkit dari kekalahan 6-7 saat menghadapi Polandia. Pada pertandingan pertama, Indonesia sempat tertinggal 1-5 oleh Polandia di babak satu. Tim Indonesia sempat menyamai kedudukan menjadi 5-5 hingga akhirnya unggul 6-5.
ADVERTISEMENT
Namun 15 detik menjelang pertandingan berakhir, gawang yang dijaga Adam Riyaldi asal Lombok kebobolan. Pertandingan dilanjutkan dengan adu penalti. Dego yang jadi eksekutor gagal menyarangkan bola ke gawang lawan. Sementara Polandia sukses membuat gol. Pertandingan berakhir dengan skor 7-6 untuk Polandia.
“Pertahanan kami di babak pertama itu terlalu terbuka. Permainan anak-anak juga terfokus untuk mengejar kemenangan sehingga terburu-buru dan kurang tenang. Ini malah membuat kami tertinggal di babak awal,” ujar Aulia.
Hasil menang satu kali dan kalah adu penalti menempatkan Indonesia pada posisi dua klasemen sementara Grup F dengan 4 poin. Sementara Polandia berada di puncak dengan 5 poin. Dalam HWC, setiap tim yang menang adu penalti mendapatkan 2 poin sementara lawannya 1 poin. Sedangkan tim yang menang dalam waktu 2 x 7 menit akan mendapatkan 3 poin.
ADVERTISEMENT
Pada hari kedua, Indonesia akan menghadapi Kroasia pada Rabu, 14 November 2018 pukul 9:40 dan Denmark pada pukul 14:40 waktu setempat.
Kalah Dapat Penghargaan

Sebelumnya, Tim Indonesia untuk Homeless World Cup (HWC) 2018 mendapatkan apresiasi dari wasit. Kedua pemain itu adalah Eva Dewi Rahmadiani (34) dan Samsul Rizal (26) asal Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Adalah wasit senior asal Australia, Harry Millas yang mengapresiasi penampilan keduanya di pertandingan Indonesia melawan Polandia dan Prancis pada Selasa, 13 November 2018. Dia memberikan peluit HWC sebagai penghargaan kepada Eva dan Rizal secara terpisah.
Millas memberi peluit itu kepada Eva usai Indonesia kalah dramatis 6-7 dari Polandia. Eva sama sekali tidak bermain saat itu. Namun Millas menilai Eva sebagai sosok pemain yang bisa menginspirasi rekan-rekan lainnya lewat teriakannya dari pinggir lapangan.
ADVERTISEMENT
Eva merupakan perempuan pertama dari Indonesia yang turun dalam HWC sejak keikutsertaan Indonesia pada tahun 2011 silam. Kehadiran ibu dari tiga orang anak ini tidak lepas dari usahanya untuk memperbaiki diri lewat sepak bola.
“Saya kenal street soccer sejak tahun 2013 saat ada League of Change, ajang seleksi untuk HWC yang saat itu dilaksanakan di Poznan, Polandia. Tapi karena satu dan lain hal, tim putri tidak jadi diberangkatkan. Sejak itu saya tertarik dengan sepakbola,” kata Eva yang kemudian menjadi pelatih tim sepak bola putri di Bandung, Jawa Barat.
Awalnya, Eva bermain sepak bola untuk menjaga kebugaran tubuhnya. Statusnya sebagai orang dengan HIV, tidak menghalangi Eva melakukan hal-hal yang dia inginkan dalam hidupnya. “Menjadi perempuan juga bukan halangan buat melakukan berbagai hal. Jika kita sudah bertekad melakukan sesuatu, lakukanlah,” imbuh Eva yang menggunakan sepakbola untuk memberikan materi kesehatan reproduksi, HIV/AIDS, serta narkoba kepada remaja putri.

Indonesia menang lawan Polandia di babak penyisihan di grup F HWC 2018 yang digelar di Zocalo, Mexico City, Selasa (13/11/2018). (Dok. Tim Indonesia untuk HWC 2018)
ADVERTISEMENT
Millas memberikan peluit kepada Samsul Rizal usai pertandingan Indonesia melawan Prancis. Rizal yang masuk di babak kedua, berhasil mencetak satu gol untuk timnya. Usai mencetak gol, pemuda asal Lombok ini langsung meraih lambang Garuda di kostum dan menciumnya. Wajahnya sumringah dan terus mengumbar senyum.
Begitu wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir, para pemain menyalami tim lawan. Saat melangkah keluar lapangan, Millas memberikan peluitnya kepada Rizal. “Saya kaget, senang, sekaligus bangga,” kata Rizal.
Buat Rizal, peluit itu memberinya semangat dan motivasi untuk menjalani pertandingan serta kehidupannya di masa depan.
“Sebagai anak yang pernah dipenjara, terlibat narkoba, saya ini tidak bisa main bola. Tapi saya punya semangat. Saya mau membuktikan kalau kita ini bisa melakukan sesuatu yang berarti dalam kehidupan lewat sepakbola,” kata Rizal.
ADVERTISEMENT
Sepulang dari HWC 2018, Rizal bertekad untuk mendirikan sebuah tempat yang dapat menampung orang-orang yang kurang beruntung atau terpinggirkan dari masyarakat. “Saya pernah merasa tidak diinginkan oleh masyarakat, tapi tetap ada orang yang menganggap saya keluarga. Saya ingin ada tempat yang bisa menerima mereka (yang kurang beruntung),” papar Rizal soal impiannya. (Iman Herdiana)