Konten Media Partner

TBC Otak, Penyakit Mematikan yang Terlupakan

4 Agustus 2018 8:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
TBC Otak, Penyakit Mematikan yang Terlupakan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Prof. Rovina Ruslami, dr., Sp.PD., Ph.D., (kedua dari kiri arah pembaca) dalam acara bertajuk Riung Karsa, Jumat (3/8/2018). (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Tuberkulosis atau biasa dikenal TB selama ini dikenal sebagai penyakit yang menyerang paru-paru. Padahal, penyakit yang disebabkan kuman TBC (mycobacterium tuberculosis) melalui batuk atau bersin ini juga dapat menyerang organ otak.
Penyakit Meningitis TBC atau TBC selaput pembungkus otak merupakan bentuk TBC yang terberat, dengan kematian dan kecacatan pada 50% pasien. Namun hingga 10 tahun yang lalu penyakit ini seperti “terlupakan”.
Kondisi tersebut menjadi tantangan besar bagi praktisi medis atau peneliti untuk menyelamatkan pasien penderita Meningitis TB. Hal inilah yang menjadi fokus peneliti dari Universitas Padjadjran (Unpad), yakni Prof. Rovina Ruslami, dr., Sp.PD., Ph.D.
Rovina Ruslami melakukan proyek penelitian terkait Meningitis TB yang dimulai sejak tahun 2010 bersama dengan tim penelitian Meningitis, Dr. Ahmad Rizal Ganiem SpS (K), PhD dan tim dari Departemen Neurologi RSHS.
ADVERTISEMENT
Rovina dan rekan berkolaborasi dengan peneliti dari Radboud University Medical Center, Nijmegen, The Netherlands melakukan penelitian selama kurun delapan tahun terakhir dengan harapan dapat memperbaiki pengobatan dan mencegah kematian pasien Meningitis TBC.
Menurut Rovina, pengobatan Meningitis TBC selama ini mengikuti pengobatan TBC paru. Mulai dari segi jenis, dosis obat dan lamanya pengobatan. Namun sayangnya pengobatan tidak berdasarkan penelitian.
"Padahal organ tubuh yang terlibat dan proses terjadinya penyakit berbeda," tutur Rovina dalam acara bertajuk Riung Karsa di Bale Rumawat Kampus Unpad, Jalan Dipati Ukur No 35 Bandung, Jumat (3/8/2018).
“Karakter obat rifampisin yang merupakan obat utama untuk TBC memperlihatkan bahwa hanya 10% saja dari obat di dalam darah dapat mencapai lokasi infeksi di otak,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kendala lain dalam pengobatan Meningitis TBC ialah pasien seringkali datang dalam keadaan lanjut, dengan penurunan kesadaran, sehingga tidak dapat menelan obat sendiri, dengan kondisi gangguan fungsi berbagai organ tubuh, termasuk saluran cerna yang dapat mengganggu penyerapan obat.
Sehingga obat yang diminum pasien, sedikit sekali yang sampai ke lokasi infeksi. “Hal ini mungkin menjelaskan buruknya luaran pengobatan Meningitis TBC," kata Rovina. (Ananda Gabriel)