Tips Berhenti Merokok Menurut Dokter Ahli Jiwa

Konten Media Partner
15 Oktober 2018 14:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tips Berhenti Merokok Menurut Dokter Ahli Jiwa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Rokok. (Pixabay)
BANDUNG, bandungkiwari – Rokok dinilai bisa menjadi pemicu gangguan kejiwaan. Hal ini tak lepas dari kandungan kimia yang ada dalam rokok yang masuk kategori zat adiktif.
ADVERTISEMENT
Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Kota Bandung Teddy Hidayat, secara kejiwaan kandungan dalam rokok dapat membuat perilaku bahagia, nyaman dan ceria akibat rangsangan nikotin terhadap nainnya zat dophamine di otak.
Teddy menjelaskan, kekurangan nikotin pada perokok akan menimbulkan perilaku murung, tidak ada minat dan sedih akan terjadi.
"Kalau nanti dophaminenya turun sebaliknya seperti enggak nyaman, sedih, enggak berminat, enggak ada gairah, ngerokok lagi senang lagi," kata Teddy Hidayat di Bandung, Senin (15/10/2018).
“Nah kalau terlalu sering begitu resamplenya untuk rokok makin banyak dan itu yang membuat kita enggak jelas. Jadi kalau mau kita bilang sih, ketergantungan rokok juga termasuk penyakit otak yang mempengaruhi perilaku dan emosi.”
ADVERTISEMENT
Teddy mengatakan ketergantungan rokok kategori berat yaitu dua bungkus per hari. Bahkan menyebutkan kerugian rokok dianggap lebih berbahaya dibandingkan dengan penggunaan penggabungan kokain, heroin, apethamine, sabu dan ekstasi.
Rokok juga merupakan salah satu zat yang paling susah berhenti dan usaha menghentikannya diperlukan energi lebih. Rokok juga dianggap bisa berdampak negatif terhadap non perokok.
"Secara ekonomi dan kesehatan kerugiannya lebih besar tapi sering kali tidak disadari akibat rokok ini legal serta banyak pemuka agama yang merokok juga," ujar Teddy.
Akibat rokok yang masih diakui sebagai barang legal, salah satunya kata Teddy mencontohkan pendapatan negara dari cukai rokok digunakan untuk menutupi kerugian Badan Penyelenggara Jasa Kesehatan (BPJS).
PDSKJI Kota Bandung mengaku tidak akan menerbitkan himbauan larangan rokok karena masih kategori legal oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Namun kandungan di dalam rokok dapat menanggulangi stres yang masuk dalam kategori gangguan kejiwaan. Tak hanya zat nikotinnya, tetapi ritual merokok membuat orang tenang, ceria dan nyaman.
"Tapi saya tidak menganjurkan rokok menjadi obat. Untuk aspek kesehatannya akan menyebabkan penyakit fisik seperti kanker, stroke, paru-paru dan jantung," jelas Teddy.
Ia menambahkan, salah satu solusi ketergantungan merokok yaitu berhenti total, tanpa didahului oleh dikuranginya jumlah rokok yang dihisap. Bukan tanpa efek samping saat asupan kandungan rokok dihentikan, karena dalam pekan pertama akan ditemui gejala cemas, tidak nyaman, tubuh bergetar dan keluar keringat berlebih.
Namun usai dua pekan berhenti, tubuh akan lepas selamanya dari ketergantungan kandungan dalam rokok. (Arie Nugraha)
ADVERTISEMENT