Tradisi Ziarah dan Menimba Rezeki di Kuburan

Konten Media Partner
5 Juni 2019 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga berdoa di depan makam di TPU Sirnaraga, Bandung. (Ananda Gabriel)
zoom-in-whitePerbesar
Warga berdoa di depan makam di TPU Sirnaraga, Bandung. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Lebaran juga identik dengan ziarah kubur. Seperti yang dilakukan warga Bandung yang memadati tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga, Jalan Padjadjaran, Bandung, Rabu (5/6).
ADVERTISEMENT
Sejak pukul 10.00 WIB atau pascasalat Idulfitri, warga mulai berbondong-bondong mendatangi tempat pemakaman yang berdekatan dengan Bandara Husen Sastranegara itu.
Pantauan Bandungkiwari di lapangan, keramaian sudah terlihat di jalan masuk TPU Sirnaraga. Mobil dan motor para peziarah nampak sudah terparkir rapi di Jalan Padjadjaran.
Peziarah yang datang pun bukan hanya warga Bandung saja. Namun juga berasal dari sejumlah daerah. Mereka sengaja datang berziarah dan memanjatkan doa kepada keluarga yang telah tiada.
Warga berdoa di depan makam di TPU Sirnaraga, Bandung. (Ananda Gabriel)
Yuli (35), salah satu peziarah, mengatakan tradisi nyekar atau ziarah sudah dilakukan sejak dua tahun lalu. Momen ziarah ke makam orang tuanya menjadi cara untuk mengingat kepada mereka yang telah pergi.
“Ya, ini jadi momen untuk mengingat keluarga,” kata Yuli.
ADVERTISEMENT
Selain Yuli, ada banyak warga lain yang berzirah. Mereka datang dalam satu kelompok dengan jumlah lebih dari lima orang.
Ramainya ziarah kubur membuat beberapa warga memanfaatkan momen ini dengan berjualan bunga dan air, seperti yang dilakukan Dwi (33).
Dewi dagangannya laris dibeli oleh warga yang berziarah. Satu bungkus bunga dijual dengan harga Rp5 ribu dan air Rp2.500 per botol.
"Tadi setelah salat id saya langsung berjualan di sini. Saya cuma bikin 50 bungkus," kata Dwi.
Namun ziarah juga tidak hanya jadi ladang rezeki bagi penjual bunga seperti Dwi. Sebab di pemakaman tersebut banyak sekali tuna karya yang menunanti sedekah dari peziarah. Para tuna karya itu beragam usia, mulai anak-anak sampai dewasa. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT