Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Warga Jalan Lio Genteng Merawat Bara Nelson Mandela
26 September 2018 14:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB

ADVERTISEMENT
Sakola Ra’jat (SR) Iboe Inggit Garnasih, memeringati satu abad kelahiran Nelson Mandela, di Jalan Lio Genteng dan bertempat di Aula RW 05 kelurahan Nyengseret kecamatan Astanaanyar, Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Peradaban selalu melahirkan manusia-manusia unggul yang memberikan pencerahan sekaligus menjadi panutan. Kelahiran individu yang menjadi sosok pahlawan, tidak lepas dari beragam persoalan kehidupan yang menelikunginya; tidak terkecuali seorang Nelson Mandela.
Nelson Mandela yang lahir di desa Mvezo di Umtatu, Afrika Selatan, 18 Juli 1918, bukan hanya menjadi simbol perjuangan panjang masyarakat Afrika Selatan melawan sistem apartheid. Lebih dari itu Mandela, adalah panutan dan pahlawan dunia yang memberikan pencerahan kepada manusia di dunia untuk mendapatkan hak hidup yang lebih baik.
Nelson Mandela dikenal dunia sebagai seorang pejuang yang menentang sistem apartheid di Afrika saat itu. Perjuangan panjang Mandela menentang apartheid berbuah penjara bertahun-tahun.
Apartheid yang dilawan Mandela adalah salah satu jenis politik yang menggunakan sistem pemisahan dan pembedaan ras, agama, kepercayaan dan adanya pemisahan kelas sosial. Sistem politik yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih pada ras dan suku bangsa di Afrika Selatan untuk melindungi hak istimewanya.

Sakola Ra’jat (SR) Iboe Inggit Garnasih, memeringati satu abad kelahiran Nelson Mandela, di Jalan Lio Genteng dan bertempat di Aula RW 05 kelurahan Nyengseret kecamatan Astanaanyar, Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Perjuangan Mandela, pada akhirnya menasbihkan namanya menjadi simbol perlawanan, sekaligus menjadikannya sebagai Presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan.
Meneladani Mandela dengan semangat yang tidak pernah padam itulah, Sakola Ra’jat (SR) Iboe Inggit Garnasih, memeringati satu abad kelahiran Nelson Mandela, Selasa (25/9/2018).
SR yang berada di Jalan Lio Genteng dan bertempat di Aula RW 05 kelurahan Nyengseret kecamatan Astanaanyar, Bandung, ini mengadakan acara mengenang kepahlawan Mandela dengan mengusung tema “From Capital City Asian African for Nelson Mandela”.
Acara yang diisi dengan helaran dan penampilan seni dihadirkan untuk menapakkan jejak pemikiran seorang Mandela di tengah kampung kota yang sempit. Sejak Juli lalu tepat pada hari kelahirannya, Mandela memang hadir di Lio Genteng, di antara gang sempit, sungai tersendat dan hiruk pikuk warga yang berjuang memertahankan hidup.

Sakola Ra’jat (SR) Iboe Inggit Garnasih, memeringati satu abad kelahiran Nelson Mandela, di Jalan Lio Genteng dan bertempat di Aula RW 05 kelurahan Nyengseret kecamatan Astanaanyar, Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
Napas Mandela telah hadir dalam karnaval yang diselenggarakan SR bersama warga, anak-anak sekolah dan lingkung seni Reak Tibelat. Keriuhan tetabuhan dari pukulan kendang melahirkan tanda tanya pada nalar warga yang tidak mengetahui peringatan tersebut.
“Kami mengadakan kegiatan ini untuk mengenang dan mengenalkan kembali pemikiran Nelson Mandela kepada masyarakat. Apalagi tahun ini tepat satu abad peringatan kelahiran Mandela yang diperingati dunia” jelas Gatot Gunawan salah satu penggerak SR.

Sakola Ra’jat (SR) Iboe Inggit Garnasih, memeringati satu abad kelahiran Nelson Mandela, di Jalan Lio Genteng dan bertempat di Aula RW 05 kelurahan Nyengseret kecamatan Astanaanyar, Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Selain mengenang satu abad Nelson Mandela, kegiatan ini menurut Gatot merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi kota Bandung ke-208 yang diperingati setiap September. Kegiatan yang merajut kreatifitas tersebut dibuat dalam bingkai perdamaian yang beragam untuk menyelami perjalanan kelahiran Kota Bandung dan Satu Abad Nelson Mandela.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin menyebarkan nilai kemanusiaan dan perdamaian yang selalu dilontarkan oleh Nelson Mandela. Merayakannya bagi kami merupakan bagian sejarah yang akan terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi semua orang di dunia” tegas Gatot. (Agus Bebeng)