Konten dari Pengguna

Bakti Sosial Mahasiswa UPGRI Pontianak dan Pelestarian Tradisi di Desa Mandong

Ego Yusmono Bosko
Saya Mahasiswa Universitas PGRI Pontianak, provinsi kalimantan barat. saya sedang menempuh pendidikan di Universitas PGRI Pontianak.
6 Februari 2025 9:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ego Yusmono Bosko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Penyambutan mahasiswa Universitas PGRI Pontianak oleh masyarakat Desa Mandong, Kecamatan Sosok, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Sabtu (1/2/2025).
zoom-in-whitePerbesar
Penyambutan mahasiswa Universitas PGRI Pontianak oleh masyarakat Desa Mandong, Kecamatan Sosok, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Sabtu (1/2/2025).
Mandong, Kalimantan Barat – Pada tanggal 1 Februari 2025, Desa Mandong kedatangan mahasiswa Universitas PGRI Pontianak dalam rangka kegiatan bakti sosial PELITA 2025. Kepala desa Mandong, Andreas Dasim, mengungkapkan kesan positifnya terhadap para mahasiswa yang bersemangat dalam berkolaborasi dengan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Saya sangat terkesan dengan gotong royong mereka dalam membersihkan lingkungan, mendidik anak-anak, dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Meski hanya beberapa hari, kehadiran mereka memberi dampak besar bagi masyarakat kami,” kata Andreas.
Staff desa Bu Amuy juga menyampaikan rasa terima kasihnya dan berharap mahasiswa Universitas PGRI Pontianak dapat terus bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
“Harapan kami, setelah kegiatan ini, mahasiswa bisa menjadi individu yang berguna bagi Indonesia, serta selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan,” tutupnya.
Desa Mandong, yang terletak di wilayah Dayak Peruan, masih mempertahankan berbagai tradisi leluhur yang kaya akan nilai budaya dan spiritualitas. Kepala Desa Mandong, Andreas Dasim, menegaskan bahwa masyarakat setempat terus menjaga adat istiadat secara turun-temurun.
ADVERTISEMENT
Salah satu tradisi yang masih dipertahankan adalah ritual sebelum membuka ladang, yang bertujuan untuk meminta izin kepada penghuni alam gaib agar pekerjaan di ladang berjalan lancar. Selain itu, ada ritual khusus yang dilakukan ketika terjadi wabah penyakit untuk mengusir roh jahat dari kampung. Tradisi penting lainnya adalah Nyiung Gioh, sebuah pesta padi yang diadakan setiap bulan Mei sebagai bentuk syukur atas hasil panen.
Tak hanya itu, Desa Mandong juga memiliki rumah adat yang sakral. Di bawahnya terdapat Pedagi, tempat suku Dayak Peruan melaksanakan ritual Empara Empabok setelah acara Gawai. Tradisi ini bertujuan untuk memberi makan roh-roh tak kasat mata agar tidak mengganggu masyarakat.
Rumah Adat Desa Mandong.
Menurut Andreas Dasim selaku kepala Desa Mandong, setiap tradisi di Desa Mandong mengandung makna mendalam. Ritual pembukaan ladang, misalnya, dilakukan untuk menghindari kecelakaan saat bekerja di ladang. Sementara itu, pesta padi Nginungdio menjadi ajang silaturahmi bagi keluarga yang tersebar di berbagai daerah serta bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas rezeki yang diterima.
ADVERTISEMENT
Staff kantor Desa Mandong yang merupakan masyarakat desa Mandong, Bu Amuy, juga menambahkan bahwa adat istiadat di desa ini dijaga oleh berbagai pihak, mulai dari ketua adat, kepala desa, hingga seluruh masyarakat. Perayaan Gawai Dayak, yang diselenggarakan setiap bulan Mei setelah panen, menjadi momen penting bagi warga untuk merayakan kebudayaan mereka di Rumah Adat atau Rumah Radang.
“Melalui ritual adat ini, kami berharap agar keselamatan dan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga, serta generasi muda terus melestarikan tradisi ini,” ujar Bu Amuy.
Mahasiswa Universitas PGRI Pontianak, kelompok 6, di Rumah Adat Desa Mandong.
Kegiatan bakti sosial ini menjadi bukti nyata bagaimana pendidikan dan tradisi dapat berjalan berdampingan untuk menciptakan masyarakat yang lebih maju tanpa meninggalkan warisan leluhur.
Penulis: Kelompok 6 PELITA 2025 Universitas PGRI Pontianak.
ADVERTISEMENT