Konten dari Pengguna

Lograt?

Abdullah Muzi Marpaung
Dosen Teknologi Pangan Swiss German University yang juga menggeluti dunia sastra dan bahasa Indonesia, narasumber Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk penyusunan istilah Ilmu dan Teknologi Pangan.
16 September 2024 18:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Muzi Marpaung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah pustaka lama – tanpa tahun dan pengarang, hanya disebutkan dicetak oleh Kleijne & Co di Bandung – menarik perhatian saya. Buku itu berjudul Kitab Lograt Melajoe - Alphabetisch Register van Maleische Woorden en Uitdrukkingen. Respon seketika saya ialah: mengapa lograt, bukan logat? Salah tuliskah atau istilah lograt memang ada?
Sebuah buku lama berjudul 'Kitab Lograt Melajoe', tanpa tahun dan pengarang, diterbitkan di Bandung
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah buku lama berjudul 'Kitab Lograt Melajoe', tanpa tahun dan pengarang, diterbitkan di Bandung
Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring VI adalah rujukan awal setiap kali saya hendak memenuhi keingintahuan terkait bahasa Indonesia. Tidak ada lograt di sana. Hanya ada logat yang memiliki lima makna: kata; dialek; cara mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas; perbendaharaan kata; kamus. Terdapat pula keterangan bahwa logat berasal dari bahasa Arab لُغَةٌ (lugah) yang berarti bahasa.
ADVERTISEMENT
Walau demikian, hati kecil saya menolak kemungkinan salah tulis pada judul buku tadi. Eksplorasi lebih jauh terhadap sejumlah referensi dari abad ke-19 dan ke-20 membenarkan hati kecil saya. Lograt dan kitab lograt ditemukan pada beberapa kamus Melayu-Belanda (Pijnappel 1875, dan Klinkert, 1902, 1916) kamus Belanda-Melayu (Klinkert 1901) dan kamus Melayu-Belanda Belanda-Melayu (Mayer 1906). Lograt diartikan sebagai woord (kata) dan gezegde (ungkapan). Kitab lograt diartikan sebagai dictionnaire, woordenboek atau lexicon (kamus).
Kamus susunan Pijnappel (1875) dan Klinkert (1902, 1916) memberikan jawaban dari mana lograt berasal, karena pada ketiga kamus Melayu-Belanda tersebut disertakan tulisan Arab Melayu untuk setiap lema. Untuk lema lograt disertakan لُغَةٌ. Rupa-rupanya bunyi ‘gh’ yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan huruf غَ dalam bahasa Belanda ditulis 'gr'. Jadi, lograt dibaca loghat. Hal serupa terjadi pula pada banyak kata lain, seperti لغم yang ditulis lagram yang kemudian berubah menjadi langgam; مَغْلُوْبٌ (magrlub), بَغْلٌ (bagral), اِسْتِغْفَارٌ (istigrfar) dan بَالِغٌ (baligr). Tampaknya penulisan ini berhubungan dengan cara pengucapan orang belanda untuk huruf 'r' yang samar dan mengarah ke 'gh'.
ADVERTISEMENT
Adakah hal ini merupakan sesuatu yang lazim pada masa itu? Tidak juga. Beberapa kamus seperti susunan van Ophuijsen (1914), van Ronkel (1926), Ridderhof (1935), Pamoentjak (1935), dan Lameijn (1938) memilih logat. Jika dilihat pada tahun terbitnya kamus, ada
Lema lograt pada kamus susunan Klinkert (1902) dan lema logat pada kamus susunan Ridderhof (1935)
indikasi bahwa lograt digunakan terlebih dahulu. Pada kamus Klinkert tahun 1902 tidak ada lema logat. Baru pada versi tahun 1916 Klinkert menyertakan baik lograt maupun logat.
Perkara lain yang menarik untuk diulik ialah penulisan lo bukan lu, untuk membentuk lograt dan logat, bukan lugrat dan lugat. Hal ini tampaknya berhubungan dengan cara orang Melayu mengucap ‘u” pada banyak kata (tak semua) dengan mulut sedikit lebih terbuka ke ‘o’. Sehingga tercantumlah lema lobang, obah, cerok, tebok, ongkak dan lain-lain pada berbagai kamus Melayu-Belanda lama. Akan tetapi, oleh Badan Bahasa semua kata ini dibakukan menjad lubang, ubah, ceruk, tebu, dan ungkak. Tidakkah karenanya – sebagai bentuk ketaatasasan – selayaknyalah logat dibakuan menjadi lugat? Terlebih ada satu kata dalam bahasa Arab yang mirip لُغَةٌ, yakni بُغَاةٌ. Pada kamus Klinkert (1902, 1916) kata ini ditulis sebagai bograt, tetapi dibakukan di KBBI menjadi bugat.
ADVERTISEMENT