Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Digaji Rp 450 Ribu, Guru Nur Kalim Ungkap Kronologi Penganiayaan
11 Februari 2019 20:13 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Penganiayaan guru honorer di SMP PGRI Wringinanom, Gresik, yang dilakukan oleh siswa atas nama Arigo Aris (15) menjadi perhatian khalayak. Nur Kalim (30), guru yang menjadi korban tindakan kurang ajar anak didiknya itu akhirnya menceritakan kronologi peristiwa tersebut. Hal itu disampaikan Nur Kalim di sela-sela kunjungan Kapolres Gresik AKBP Wahyu S. Bintoro dan Komisi IV DPRD.
ADVERTISEMENT
Guru honorer yang hanya menerima honor Rp 450 ribu per bulan ini menyatakan, peristiwa itu terjadi Sabtu, 2 Februari 2019. Awalnya ia masuk seperti biasa pukul 07.00 WIB untuk mengajar mata pelajaran IPS di kelas IX SMP PGRI Wringinanom, Gresik.
Namun saat masuk kelas, ia tak mendapati satu siswanya laki-laki yang masuk. Kemudian, pada pukul 07.15 WIB, Nur Kalim mengaku disuruh Kepala Sekolah SMP PGRI Wringinanom, Rusdi, untuk mengambil foto ijazah.
"Saat ambil ijazah, sengaja saya tak lewat jalan raya, namun lewat gang dekat PGRI. Di gang sempit itu ada warung kopi," ceritanya.
Nah, di warung itulah, Nur Kalim melihat sepeda para siswanya ada di depan warung kopi. Padahal pukul 07.30 WIB, warung masih tutup. "Spontan saya gedor-gedor dan saya berteriak anak-anak saya suruh keluar. Saya juga bilang kalau tak ada yang kembali ke sekolah, saya panggil orang tua," tegasnya.
ADVERTISEMENT
Namun, siswanya tetap tak ada yang mau keluar dan masuk sekolah. "Waktu itu saya benar-benar bingung memikirkan kenakalan anak-anak ini. Bahkan, saking beratnya memikirkan anak-anak, malam sebelumnya saya bermimpi, karena sering memikirkan kenakalan anak-anak dan kerap mengobrak mereka nongkrong di warung kopi," lanjutnya.
Setelah mengambil ijazah, Nur Kalim kembali ke sekolah sekitar pukul 08.00 WIB. "Tak berlangsung lama, anak-anak datang dan menggedor-gedor pintu sangat keras mempratikkan yang saya lakukan saat di warung kopi tadi. Saya lantas masuk kelas, tetapi anak-anak masih di luar. Mereka malah merokok dan tak ada rasa takut. Saat itu, Pak Rusdi (Kepala Sekolah) meminta siswa untuk masuk, karena saya sudah di dalam kelas," ungkapnya.
"Tapi, begitu masuk kelas, anak-anak semakin ramai dan gaduh sehingga mengganggu proses belajar mengajar. Saat itu, ada satu anak yang marahnya keterlaluan (Arigo Aris). Bangku dari depan sampai belakang digebrak-gebrak sampai naik-naik ke atas bangku. Hasil kreativitas anak-anak di atas bangku diturunkan. Tidak hanya itu, buku saya di atas meja juga dibuangi ke bawah," bebernya.
ADVERTISEMENT
Kenakalan Arigo Aris tak berhenti sampai di situ. Ia kemudian duduk di atas bangku sambil menghisap rokok dengan memakai topi. "Arigo bilang, ini loh saya berani merokok di depan kamu (depan saya)," kata Nur Kalim menirukan perkataan Arigo Aris.
Sebagai pendidik yang melihat anak didik melakukan tindakan tak benar, ia lantas meminta Arigo agar mematikan rokoknya. "Tahu saya larang, Arigo Aris marahnya semakin memuncak, lalu ia seperti itu yang terlihat di video. Padahal saya cuma bilang, jangan diteruskan nanti berbahaya dan membahayakan siswa lain," ungkapnya.
Tindakan Arigo yang kelewat batas tak cukup sampai di situ. Ia lalu naik ke atas bangku dengan masih merokok. "Saya lalu dekati dan minta rokoknya, malah dilempar ke temannya. Saya akhirnya dapatkan rokoknya, lalu saya matikan," terangnya.
ADVERTISEMENT
Tak selang lama, wali kelas masuk. Semuanya diam. Wali kelas meminta agar anak-anak untuk sopan dengan Nur Kalim. "Semuanya waktu itu diam, lantas yang gebrak-gebrak meja (Arigo Aris) tadi itu ditempatkan di pojokan dan tidak mengerjakan tugas," jelasnya.
"Sengaja saya biarkan saja, karena khawatir akan mengganggu teman-temannya yang niat sekolah," imbuhnya.
Nur Kalim mengaku sempat jengkel dan ingin membalas perlakuan Arigo. "Jujur, pikiran dan hati, astaghfirullah, ingin balas. Tetapi saya belajar pengalaman dari guru-guru yang terjadi kebanyakan, memukul sedikit sudah langsung dihukum oleh polisi," terangnya.
"Dari kejadian ini, saya belajar menahan amarah, bahwa tujuan saya mengajar mencerdaskan bangsa sesuai dengan cita-cita bangsa," imbuhnya.
Ia juga berjanji ingin menciptakan generasi emas Indonesia 2019-2020, sehingga bisa bersaing dengan negara lain. "Yang saya pikirkan saya ingin memintarkan anak-anak karena mendekati Ujian Nasional (Unas)," katanya.
ADVERTISEMENT
Ia berharap kejadian itu yang terakhir. Ia juga berharap kepada guru-guru di Kabupaten Gresik, dan Indonesia pada umumnya, agar tidak membalas kenakalan murid-murid. "Mari kita menjadi guru yang profesional dan memberikan ilmu, mengurus sifat anak dari berbagai kalangan," katanya.
"Saya juga harap guru-guru baik swasta maupun negeri, kalau ada anak nakal ditangani dengan yang halus dulu, kalau memang tidak bisa diatur, coba dikembalikan ke orang tua. Kalau orang tua tidak merespons, kembalikan ke pihak yang berwajib," pungkasnya. (hud/rev)