Silvia yang Obesitas lalu Putus SD, dan Ceritanya soal Timbangan Gabah

Konten Media Partner
19 Oktober 2018 11:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Silvia yang Obesitas lalu Putus SD, dan Ceritanya soal Timbangan Gabah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
LAMONGAN, BANGSAONLINE.com - Silvia Dwi Susanti, gadis berusia 15 tahun yang mengalami obesitas hingga berbobot 179 kg asal Lamongan hingga kini masih trauma jika bertemu dengan orang asing. Ini dikarenakan Silvia malu dengan kondisi tubuhnya yang tidak wajar, sehingga menjadi perhatian banyak orang.
ADVERTISEMENT
Bahkan sebelumnya, karena saking malunya, ia harus dibujuk agar mau ditimbang.
Bobot Silvia akhirnya diketahui setelah Muspika menimbangnya menggunakan timbangan duduk yang biasa dipakai untuk menimbang gabah. "Bobot 179 kg ini adalah perkiraan karena selama beberapa tahun belum pernah ditimbang," kata Musri, Ibu Silvia, kepada BANGSAONLINE.com, Kamis petang (18/10).
Musri menuturkan, Silvia bersedia ditimbang sekitar 3 tahun lalu dengan bobot terakhir 146 kg. Sehingga, dengan perkiraan bobotnya yang saat ini mencapai 179 kg, maka ada kenaikan sebanyak 33 kg. "Anak saya ini selalu minder dan tak mau ditimbang karena malu, terakhir ditimbang sekitar 3 tahun lalu," jelasnya.
Bobot Silvia akhirnya bisa dipastikan setelah Muspika Kecamatan Bluluk membujuk dan merayu Silvia untuk mau dan bersedia berhadapan dengan timbangan duduk. Silvia pun akhirnya mau ditimbang dan diketahui bobot Silvia 179,3 kg. "Beberapa waktu yang lalu, Muspika datang bersama petugas Puskesmas untuk memeriksa dan sekaligus menimbang," ungkap Musri.
ADVERTISEMENT
Silvia hanya mengenyam pendidikan hingga kelas 3 SD. Ia meninggalkan bangku sekolah dengan alasan malu dengan kondisi badannya yang terus membesar hingga obesitas.
Dengan bobot yang hampir 2 kwintal, tentu berat badan Silvia tak sebanding dengan usia dan perkembangan normal badan manusia pada umumnya.
Terkait keberlangsungan pendidikan Silvia, Misri tetap berharap bisa berlanjut. Hanya saja semua itu tergantung Silvia, meski ada pihak yang bersedia membantu pendidikanya. "Saya melihat, Silvia masih belum mau sekolah. Tapi kalau belajar di rumah bersama guru dia mau," ujarnya.
Sebelumnya, kata Musri, kepastian Silvia tetap bisa melanjutkan pendidikannya setelah ada seseorang bernama Muslih yang diketahui sebagai penyelenggara pendidikan kesetaraan yang melakukan pendataan untuk prasyarat masuk ke lembaga pendidikan.
ADVERTISEMENT
"Silvia akan ikut sekolah kesetaraan dulu, istilahnya persamaan," kata Muslih seperti ditirukan Musri.
Karena kondisi, maka proses belajarnya akan dilakukan dengan sistem kunjung. Ada enam guru paket A yang dilibatkan berkunjung mengajar ke rumah Silvia dan dia akan segera menempuh pendidikan serta bisa ikut ujian negara di tingkat SD.
"Umurnya sudah 15 tahun, makanya harus ikut ujian SD dulu, baru nanti melanjutkan ke SMP," katanya.
Sementara, Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Adi Suwito, turun langsung ke rumah Silvia untuk memastikan Silvia akan tetap mengenyam pendidikan. "Saya akan mencoba, supaya mbak Silvia bisa sekolah seperti teman lainnya, yakni model pendampingan, yaitu memasukkan Silvia ke paket A dan kemudian paket B," kata Adi yang meminta agar Silvia juga tidak patah semangat.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, Silvia sudah didata dan langsung menjadi siswa. Selama menempuh pendidikan, Adi menjamin semuanya tanpa dipungut biaya alias gratis. "Ini adalah salah satu bentuk komitmen Pemkab Lamongan agar Silvia bisa sekolah, dan mempunyai ijazah," ungkap Adi yang berharap agar Musri tetap memberi motivasi.
Kedatangan Adi ke rumah Silvia tidak hanya membawa kabar dan memastikan Silvia akan sekolah lagi. Adi juga menyerahkan bantuan berupa tas, perlengkapan sekolah, dan juga bantuan sosial.
"Jangan sampai ada anak usia sekolah, tapi tidak sekolah. Semua anak di kabupaten Lamongan wajib sekolah," katanya. (qom/red)