Konten Media Partner

Waroeng Pondok Salak Bojonegoro Andalkan Belut Tangkapan, Bukan Hasil Budidaya

26 Februari 2018 16:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Waroeng Pondok Salak Bojonegoro Andalkan Belut Tangkapan, Bukan Hasil Budidaya
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Warung makan Pondok Salak spesialis belut di Desa Bendo, Kecamatan Kapas, Kabupaten Bojonegoro menjadi jujukan pejabat, termasuk Bupati Bojonegoro Suyoto.
ADVERTISEMENT
Warung ini menyajikan makanan rumahan, dengan tiga bahan dasar utama, yaitu belut, ayam, dan gurami. Proses bakar ayam, gurami, dan belut ini dilakukan secara tradisional dalam bara api.
Eko (36), pemilik Waroeng Pondok Salak, saat ditemui bangsaonline.com, menjamin bahwa belut yang dimask adalah alami dan bukannya hasil budidaya. Ia juga menambahkan bahwa saat memasak, semua makanannya dipastikan matang sempurna. “Kalau di Kota, belutnya cuma dihangat-hangatkan, ya to? Kalau saya, langsung dalam bara api, matang baru dipenyet,” ujar dia.
Warung Pondok Salak yang berdiri sejak 8 tahun lalu didesain dalam pondok-pondok minimalis yang memanjang, di sekeliling rumah pemilik. Selain itu, ada banyak pohon salak yang ditanam untuk membuat suasana kian sejuk.
ADVERTISEMENT
Eko mengaku ingin menciptakan suasana nyaman dan alami sehingga pelanggannya betah dan senang. “Kalau suasananya enak, masakannya enak, pelayanannya enak, orangkan kan bisa cerita sendiri,” beber dia terkait cara promosi.
Warung ini memberikan fasilitas memadai untuk pelanggannya, dari kamar mandi, musala, ruang meeting, hingga spot selfie . Uniknya, semua memakai bahan daur ulang. ”Itu limbah-limbah yang saya manfaatkan. Itu ranting-ranting dan dahan sisa yang ada, saya manfaatkan daripada dibakar,” beber Eko.
Untuk menikmati menu di sini, harganya dalam kisaran Rp 25 ribu. Penyajiannya bukan hanya dalam satu piring. Nasi, krupuk dan lauk dibedakan dalam wadah-wadah tradisional sendiri. Jika ditambah minuman, penikmat hanya perlu menambah Rp 3-4 ribu saja.
“Alhamdullillah kemarin, ada dari Universitas Muhammaddiyah Malang, terus anggota MPR-RI, pejabat Menkum HAM, pejabat Kejaksaan Agung, Dessy Anwar. Pak Jokowi yang belum,” harap Eko. (*)
ADVERTISEMENT