news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Women's March Blitar 2019 Gelar Aksi Damai Tuntut Pengesahan RUU PKS

Konten Media Partner
28 April 2019 19:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Women's March Blitar 2019 di alun-alun Kota Blitar, Minggu (28/4/2019).
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Women's March Blitar 2019 di alun-alun Kota Blitar, Minggu (28/4/2019).
ADVERTISEMENT
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 20 wanita dari berbagai komunitas mengikuti pawai perempuan atau Women's March Blitar 2019. Mereka menggelar aksi damai long march di alun-alun Kota Blitar, Minggu (28/4/2019).
ADVERTISEMENT
koordinator aksi Mershinta mengatakan, ada beberapa tuntutan yang mereka sampaikan dalam pawai tahun 2019 ini. Satu di antaranya adalah agar DPR segera mengesahkan Rancangan Undang-undang (RUU) tentang Penghapusan Kekerasan Seksual.
Para peserta aksi membawa poster-poster bertuliskan "urus akal sehatmu, bukan pakaianku", "Revisi UU perkawinan itu sudah usang", "aku cantik apa adanya, stop body shaming", "tak ada standar kecantikan yang mutlak", dan "stop perkawinan anak, kami masih ingin sekolah".
"Kita mengusung agar RUU PKA segera disahkan. Karena banyak sekali kasus kekerasan seksual yang akhirnya mandek penangananya karena tidak ada aturan yang jelas," jelas Mershinta.
Mershinta mengatakan aksi damai yang dilakukan komunitas Women's March merupakan yang perdana di Blitar. Tujuanya mengajak masyarakat agar sadar terhadap kekerasan seksual.
ADVERTISEMENT
Menurutnya dia, di Blitar masih banyak anak muda yang tidak sadar telah menjadi korban kekerasan seksual. Mereka pacaran secara kebablasan dan menganggap hal itu biasa. "Padahal mereka telah menjadi korban kekerasan seksual dalam hubungan berpacaran. Mereka tidak sadar dengan hal itu dan menganggapnya biasa," katanya.
Women's March Jakarta merupakan gerakan yang dimunculkan untuk memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh setiap 8 Maret. Namun, tahun ini kegiatannya diubah menjadi bulan April untuk sekaligus mengenang Raden Ajeng Kartini. Gerakan ini untuk mendorong perubahan sosial, budaya, hukum, dan ekonomi perempuan. (ina/rev)