Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
Konten dari Pengguna
SEMANGAT MUDA, BANGKITKAN ASMAT UNTUK MAJU
22 Februari 2018 13:22 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Bani Kiswanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kisah menarik para relawan yang bertugas di Kabupaten Asmat Papua, Selasa (20/02) diutarakan langsung oleh mereka, jauh dari sebuah peradaban kota modern dan terjun ke lokasi pelosok pedalam Papua, menjadi tantangan tersendiri bagi mereka menjalani kehidupan relawan Dompet Dhuafa. Rulfan Irfandi dan Sri Nirwana menjadi sosok pemuda-pemudi tangguh di era ini, banyak para pemuda-pemudi saat ini lebih mencari kota-kota besar untuk menjadi relawan bahkan dengan iming-iming gaji besar. Hidup yang serba digital dan instan saat ini menciptakan pola kehidupan para pemuda-pemudi yang sering menghabiskan waktu dan uang tidak tepat guna.
ADVERTISEMENT
Rulfan Irfandi, (30) seorang pemuda Makassar dari Suku Bone, empat bulan sudah bergabung menjadi relawan kemanusiaan bersama Dompet Dhuafa Papua tepatnya di Layan Kesehatan Cuma Cuma Jayapura sebagai tenaga keuangan.
Hampir dua pekan ini ia ditugaskan sebagai tenaga relawan Kejadian Luar Biasa (KLB) Asmat bersama rekannya yang merupakan seorang bidan, Sri Nirwana. Perjalanan aksi kemanusiaan yang dilakukannya bukan tanpa pengorbanan. Di saat mendapat tugas berangkat ke tanah Asmat, istrinya di Jayapura tengah menunggu datangnya hari kelahiran buah hati mereka yang keempat.
Pasangan muda ini telah dikaruniai tiga orang anak sebelumnya yang kini masih kecil-kecil. Dengan berat hati, Irfan, begitu ia biasa dipanggil, meninggalkan para malaikat kecil nan lucu dan sang istri yang tengah menanti kelahiran sang jabang bayi.

Singkat cerita, setelah mengarungi perjalanan panjang dari Jayapura ke Timika, dilanjutkan dengan speedboat ke Agats.
ADVERTISEMENT
Setibanya ia di tempat tugas barunya di Distrik Agats, kabar gembirapun diterimanya. Telah lahir buah hati keempatnya ke alam fana ini. Berita bahagia sekaligus sedih karena sang ayah bertugas membawa misi kemanusiaan sebagai relawan kesehatan Dompet Dhuafa, namun disaat bersamaan tak dapat menyaksikan lahirnya anak tercinta.
Ketulusannya menjalankan misi kemanusiaan berbuah manis, para sahabatnya di Jayapura menjadi saksi atas lahirnya sang buah hati, membantu mengazankan, mengurus persalinan istrinya dan mengantarkan pulang ke rumah mereka hingga membantu merawat di rumahnya. Sungguh satu arti persahabatan karena ikatan cinta kasih ukhuwah islamiyah yang kuat.

Sri Nirwana,(25) yang biasa dipanggil Whana, seorang bidan muda di Jayapura, jiwanya terpanggil memenuhi panggilan kemanusiaan saudara-saudaranya di tanah Asmat yang membutuhkan bantuannya sebagai tenaga kesehatan.
ADVERTISEMENT
Kesehariannya yang ceria, membuat Whana dekat dengan anak-anak keluarga Asmat. Kedekatannya dengan mereka membuatnya seakan melupakan sejenak rencananya untuk menikah dengan seorang perwira TNI AD. Gadis Bugis ini seakan tak mempedulikan kebutuhan pribadinya demi membahagiakan anak-anak suku Asmat.
Spesialisasinya dibidang persalinan membawanya menelusuri distrik demi distrik di Kabupaten Asmat ini yang terpisahkan oleh sungai-sungai yang lebar. Perjalanannya antar distrik ditempuh dengan menggunakan speedboat tanpa rasa takut sekalipun untuk menemui para ibu dan anak-anak keluarga Asmat. Misinya sosialisasi dan pemeriksaan gizi bagi para ibu dan anak tak mudah untuk dijalankan. Kehidupan para keluarga Asmat yang masih tergolong primitif, ketidakpedulian mereka akan arti penting pola hidup sehat menjadi tantangan yang harus Whana hadapi setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Ia tak kenal lelah, baginya pekerjaan ini adalah ibadah yang menjadi tabungan kelak untuk masa depannya. Karir hebat bukanlah cita-cita Whana, membantu sesama lebih ia cintai daripada hidup nyaman di kota besar.
Hari demi hari dilaluinya di Agats dengan rasa sedih yang kadang menghinggapi, karena waktu berjalan tak melihat sosok. Waktu pernikahan yang makin mendekat tak menyurutkan tekad dan langkahnya. Sang calon suami yang kini sedang menjalani pendidikan keperwiraan di kesatuan TNI AD sering menyemangatinya, "jika kau mau bekerja membantu orang lain, bantulah sepenuh hati, kau akan mendapati manis kemudian," nasihat indah sang calon imam rumah tangga yang selalu diceritakannya kepada kami, relawan kemanusiaan Dompet Dhuafa. (DM/DD)