Konten Media Partner

Barito Kuala Dirancang Punya Desa Konservasi Kasturi

30 Oktober 2018 20:07 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Barito Kuala Dirancang Punya Desa Konservasi Kasturi
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, Banjarmasin –Angka populasi tanaman endemik mangga kasturi dipercaya terus menurun, sehingga perlu langkah menangkal kepunahan kasturi lewat produk hukum. Mangga kasturi diklaim sebagai buah endemik Kalimantan Selatan.
ADVERTISEMENT
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Kalimantan Selatan, Mahrus Aryadi, menuturkan populasi mangga Kasturi asal Kalimantan Selatan makin menyusut lantaran belum dibudidayakan secara serius. Mahrus mendorong budidaya tanaman endemik seperti kasturi, ulin, dan anggrek hutan di tengah ancaman kepunahan.
Menurut dia, mangga Kasturi sejatinya tidak termasuk flora yang dilindungi. Namun, kata Mahrus, upaya pelestarian mesti digencarkan karena kasturi tumbuhan endemik di Kalimantan Selatan. “Kami bisa dorong Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel dan Pemprov Kalsel untuk buat Perda Pelestarian Kasturi," kata Mahrus Aryadi kepada banjarhits.ID, Selasa (30/10).
Sementara ini, ia mencatat ada 10 pohon kasturi yang sudah berbuah di Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala. Pihaknya akan mengunjungi wilayah itu untuk mengidentifikasi dan perencanaan sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Desa Konservasi Kasturi.
ADVERTISEMENT
Penelusuran banjarhits.ID di Desa Anjir Serapat Lama dan Desa Anjir Serapat Muara, Kecamatan Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala, memang terdapat beberapa pohon kasturi yang sudah berbuah lebat. Pohon kasturi ini rata-rata berada tidak jauh dari bantaran Sungai Kapuas. Tapi, ada sebagian pohon kasturi yang sudah ditebang oleh masyarakat sekitar.
Ketua Pusat Perhutanan Sosial dan Agroforestri Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat, Hamdani Fauzi, membenarkan populasi kasturi semakin berkurang yang memicu kelangkaan, baik dari jumlah dan kerapatan jenisnya.
Ia menilai turunnya populasi kasturi lantaran minimnya minat peremajaan dan budidaya kasturi di Kalimantan Selatan. Selain itu, rehabilitasi hutan dan lahan kritis kebanyakan menanam jenis tumbuhan yang cepat tumbuh, produktif, dan eksotik, seperti mahoni, sengon, dan karet.
ADVERTISEMENT
Pola ini mengakibatkan rendahnya peremajaan dan budidaya kasturi. Peremajaan pun bergantung secara alamiah. “Sehingga stok di alam menjadi semakin berkurang. Belum lagi habitat atau tempat tumbuhnya telah dikonversi menjadi perkebunan monukultur dan tambang," tegasnya Hamdani.
Menurut Hamdani, kasturi merupakan identitas flora Kalsel yang teracam punah dan masuk kategori langka, sesuai International Union for Conservation of Nature and Natural Resource (IUCN) red list categories.
Ia menjelaskan penamaan Ilmiah Kasturi adalah Mangifera Delmiana Costerman. Secuil nama ini diambil dari nama Mantan Rektor ULM dan Dekan Fakultas Kehutanan ULM, Profesor Anwary Delmi, karena sebagai penemu dan pemberi nama kasturi.
"Belum jadi insinyur, beliau sudah profesor duluan karena terlalu banyaknya penelitian," ungkapnya. (M Robby) Foto: BPTP
ADVERTISEMENT