BI Kalsel Dorong Hilirisasi Minyak Sawit untuk Biofuel

Konten Media Partner
5 Juli 2019 20:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekda Provinsi Kalsel Abdul Haris (kanan) dan Kepala BI Perwakilan Kalsel, Herawanto (kiri) di sela diskusi hilirisasi produk kelapa sawit, Jumat 5 Juli 2019. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Sekda Provinsi Kalsel Abdul Haris (kanan) dan Kepala BI Perwakilan Kalsel, Herawanto (kiri) di sela diskusi hilirisasi produk kelapa sawit, Jumat 5 Juli 2019. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Selatan, Herawanto, mendorong hilirisasi industri sektor perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan. Menurut dia, langkah ini demi menopang ceruk bahan baku biodiesel dan biofuel sebagai bahan bakar premiun nabati.
ADVERTISEMENT
"Ini peluang yang bisa ditangkap oleh perusahaan kelapa sawit," ujar Herawanto kepada banjarhits.id ketika diskusi 'Upaya Percepatan Hilirisasi Komoditi Unggulan Kalimantan Selatan: Peluang Biofuel untuk Pemenuhan Energi Domestik' yang digelar di kantor Bank Indonesia Perwakilan Kalsel, Jum'at (5/7/2019).
Ia menuturkan, peningkatan hilirisasi produk turunan kelapa sawit, seperti biofuel dan biodisel, berpotensi menekan ketergantungan Indonesia dari impor bahan bakar. Sebab, kata dia, mayoritas kebutuhan minyak skala nasional didatangkan dari impor.
"Ini yang menjadi masalah membuat neraca keuangan kita jadi defisit. Kalau sumber yang tadinya impor dikelola dengan baik di dalam negeri, maka akan sangat membantu pertumbuhan ekonomi kita," ucap Herawanto. Hilirisasi produk sawit juga menyerap tenaga kerja lokal.
Di Kalsel, mayoritas perusahaan perkebunan monokultur sawit rata-rata menghasilkan minyak sawit kasar atau crude palm oil (CPO) saja, tanpa produk turunannya.
ADVERTISEMENT
Sekda Provinsi Kalsel, Abdul Haris, mengatakan baru satu perusahaan yang serius menggarap hilirisasi produk CPO di Kalsel, yakni PT SMART yang mengolah produk biodiesel. Melalui forum ini, Haris turut mendorong pihak swasta lain ikut mengembangkan produk turunan dari minyak sawit kasar.
"Kami tidak bisa lagi bertahan atau tidak mungkin terus menerus bertahan dari potensi tambang batu bara dan minyak bumi. Itu kan tidak terbarukan? Banyak potensi lain yang bisa kita andalkan seperti sektor pertanian, kehutanan, dan yang paling penting pariwisata," kata dia.
Ihwal kampanye aktivis lingkungan yang sering menyudutkan perkebunan kelapa sawit, Haris mengklaim aspirasi ini tidak bakal terjadi asalkan pengelolaan kebun sawit menerapkan teknologi yang tepat.
"Isu-isu yang berkembang itu tidak ada persoalan yang merusak. Itu kan ada teknologi dan sebagainya. Saya kira itu ya," tutupnya.
ADVERTISEMENT