Konten Media Partner

Cerita Penjual Gerabah di Tengah Serbuan Kompor Gas

21 Desember 2019 17:54 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gerabah yang dijual Abdullah di Desa Tabukan Raya, Kabupaten Barito Kuala. Foto: M Rahim/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Gerabah yang dijual Abdullah di Desa Tabukan Raya, Kabupaten Barito Kuala. Foto: M Rahim/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Abdullah (71) tetap optimis kerajinan gerabah tradisional buatannya mampu bersaing di tengah zaman yang makin modern. Warga Desa Tabukan Raya, Kecamatan Marabahan, Kabupaten Barito Kuala itu telaten menjual alat dapur macam panggangan, tabungan, dan parapen berbahan baku tahan liat.
ADVERTISEMENT
Semenjak muncul kompor sumbu dan kompor gas, Abdullah merasa penurunan drastis terhadap peminat perkakas dapur tradisional sejak tahun 2005-an. Kini, ia melego kerajinan tanah liat ini dengan harga miring.
"Ada puluhan benda yang masih belum terjual. Padahal, harganya terjangkau dan murah. Kenapa ulun (saya) masih optimis, kadang orang masih ada saja mencari dan membeli alat kerajinan tangan buat alternatif mereka jika kehabisan dan kelangkaan gas," kata Abdullah kepada wartawan banjarhits.id, pada Sabtu (21/12/2019).
Kerajinan tangan ini dilego kisaran harga Rp 10 ribu – 20 ribu per bijinya. Abdullah mendapat pasokan kerajinan lokal dari kampung Nagara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS). Dia cuma menjual ulang alat dapur ini sebagai upaya mempertahankan hasil kerajinan lokal.
ADVERTISEMENT
"Dulu masih eksis masyarakat di sini menggunakan alat dapur yang terbuat dari tanah liat. Tidak pakai bensin apalagi gas, cukup pakai kayu sudah dapat memasak," kata Abdullah.
Abdullah menunjukkan gerabah perkakas dapur yang dijual. Foto: M Rahim/banjarhits.id
Adapun hasil jualan Abdullah pernah diborong oleh pelanggannya sebanyak 200 biji. Belakangan, dia merasa ada penurunan peminat. Kata Abdullah, seminggu pun kadang cuma satu konsumen yang membeli.
"Ya, kerajinan lokal ini ada yang beli cuma hiasan di rumahnya saja," ungkapnya tersenyum.
Ihwal penghasilan Abdullah yang tak menentu. Ia pun mesti bertani untuk menyambung hidup. "Jualan ini hanya tambahan buat di rumah. Penghasilan utama saya adalah bercocok tanam di sawah, hasil itulah buat kami makan sehari-hari," kata pria sepuh asal Nagara itu.
Selain kerajinan tangan yang terbuat dari tanah liat, Abdullah juga menjual beberapa alat kerajinan tangan lainnya berupa kapit, kajang, tali haduk dan purun. Ia sudah sembilan belas tahun berjualan gerabah.
ADVERTISEMENT
“Alhamdulillah mencukupi buat hidup," tandas Abdullah.