Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Kebutaan Mata di Indonesia Meningkat hingga 50% Akibat Gadget
7 April 2018 22:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT

Banjarhits.id, Banjarmasin - Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia (IROPIN) menemukan fakta ada kecenderungan angka kebutaan mata naik setiap tahun di Indonesia. Ketua IROPIN, Dian Leila Sari, mengaku prihatin melihat tren kenaikan kebutaan kisaran 40-50 persen setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Dian mengatakan kondisi semacam ini harus diatasi serta dicarikan solusi untuk menekan angka kebutaan manusia di Indonesia. Dian pun miris melihat demam gadget yang digandrungi semua orang, mulai anak-anak hingga orang dewasa.
Tanpa disadari, kata Dian, kecanduan penggunaan gawai dapat mengakibatkan berbagai masalah pada mata, seperti mata lelah, mata merah, penglihatan buram, mata kering, iritasi ringan, hingga kebutaan jika tak ditangani dengan baik.
"Agar tak terjadi fatalitas hingga menyebabkan kebutaan pada mata, harus ada gerakan mengedukasi masyarakat untuk aktif memeriksakan mata dan terapi penglihatan,” kata Dian Leila Sari usai membuka Musda IROPIN Kalsel di Banjarmasin, Sabtu (7/4).
Di masyarakat, ia mengakui penggunaan gadget sudah kebutuhan yang sulit dilepaskan dari kegiatan sehari-hari. Maklum, orang menggunakan gadget untuk mempermudah tugas dan pekerjaan atau sebagai pengisi waktu luang.
ADVERTISEMENT

Menurut Dian, pengaruh mata terganggu akibat sering bermain gadget patut diwaspadai sejak usia dini. Agar tak terjadi gangguan, masyarakat harus mau memeriksakan kondisi matanya ke dokter mata. Pemeriksaan sudah harus dilakukan sejak anak usia dini (PAUD) hingga dewasa, terutama yang sering menggunakan laptop dan gadget.
Dian menuturkan IROPIN berperan memberi edukasi bahaya gadget kepada masyarakat, mulai tingkat PAUD, lingkungan keluarga, orang tuanya, dan lingkungan sekolah. Menurut Dian, pemeriksaan mata harus dilakukan minimal enam bulan sekali.
“Peran IROPIN membantu pemerintah penanggulangan kebutaan. Kita berada di baris terdepan sebelum dokter mata,” ujarnya.
IROPIN juga akan menggelar program bakti sosial pada 7 Agustus 2018 secara serentak di seluruh Indonesia pada 29 cabang IROPIN se-Indonesia. Agendanya program koreksi tajam penglihatan dengan menyasar anak di bangku sekolah menengah (SMP) dan membagikan kacamata gratis.
ADVERTISEMENT
“Kegiatan bakti sosial juga menyambut digelarnya Association Optician yang akan diselenggarakan di Denpasar, Bali tanggal 16-17 Nopember 2018 dan akan dibuka oleh Presiden Joko Widodo dan diikuti 12 negara yang akan membahas tenaga ahli refraksionis optikal,” kata Dian Leila Sari.
Saat ini, kata Dian, jumlah ahli refraksionis optisien (RO) di Indonesia tercatat ada delapan ribu orang, dan lima ribu di antaranya sudah memiliki sertifikasi keahlian yang diakui. (Anang Fadhilah)