Konten Media Partner

Dharma Lautan Batasi Penumpang Kapal Maksimal 1.100 Orang

2 Juni 2018 17:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Dharma Lautan Batasi Penumpang Kapal Maksimal 1.100 Orang
zoom-in-whitePerbesar
Banjarhits.id, Banjarmasin - Perusahaan pelayaran akan membatasi jumlah penumpang ketika arus mudik dan balik Lebaran Idul Fitri 1439 Hijriah untuk memberi kenyamanan dan keselamatan. PT Dharma Lautan Utama Cabang Banjarmasin, misalnya, memberi toleransi maksimal kelebihan penumpang 100 orang dari kapasitas angkut kapal 1.000 penumpang.
ADVERTISEMENT
“Mohon dicatat, kami tak akan mengangkut penumpang melebihi ketentuan. Pada arus mudik H-10 kami hanya memberi toleransi 100 orang. Hal ini untuk memberikan rasa aman dan keselamatan penumpang,” kata Kepala Cabang Dharma Lautan Utama Banjarmasin, Anton Wahyudi, Sabtu (2/6).
Anton sudah menyiapkan dua unit kapal cadangan kapal, yakni KM Kirana IX dan Kirana O untuk mengantisipasi lonjakan penumpang lewat Pelabuhan Trisakti, Kota Banjarmasin. Dharma Lautan Utama mengoperasikan dua kapal regular: KM Kumala dan KM Satya Kencana yang melayani rute Banjarmasin-Surabaya pergi pulang.
"Bahkan pada saat arus balik disiapkan secara khusus empat armada, jika permintaan tinggi baru kami tambah menjadi dua kapal per hari," kata Anton.
Anton menjelaskan, kapasitas kapal Dharma Lautan hanya bisa membawa penumpang 900-1.000 orang, belum termasuk kendaraan roda dua dan roda empat. Untuk itu, pihaknya tak bisa mengangkut penumpang melebihi kapasitas. Adapun pembelian tiket kapal bisa menerapkan tiket elektronik yang diakses secara online menggunakan gawai pintar.
ADVERTISEMENT
Melalui cara ini, ia ingin memberi kemudahan kepada calon penumpang. Selain itu, DLU sudah menyiapkan berbagai kelengkapan pelayaran sebagai jaminan keselamatan sesuai Standar Operational Prosedur (SOP).
“50 persen dilakukan secara online di situs dlu.co.id, sehingga para penumpang bisa menentukan jadwal dengan leluasa. Harga tiket kapal laut untuk H-20 dikenakan tarif Rp 325 ribu, H-10- Rp 375 ribu dan H-7 dikenakan Rp 420 ribu. Harga normal kapal laut Rp 120 ribu,” kata Anton Wahyudi.
Sedangkan alat keselamatan sudah ditambah, baik pelampung dan Inflatable Life Raft (ILR) atau sekoci penyelamat penumpang. Anton menjamin tim medis DLU siap dalam mengantisipasi ketika penumpang membutuhkan tindakan medis. Sebelum berangkat naik kapal, tim medis akan memeriksa kondisi fisik calon penumpang.
ADVERTISEMENT
Kalaupun hasil pemeriksaan medis menemukan gejala penyakit, Anton menyarankan calon penumpang menunda dulu keberangkatan hingga kondisi prima. Untuk mengantisipasi aksi tindak kejahatan di pelabuhan atau dalam kapal, Anton melibatkan TNI, Polri dan instansi lain. Sebelum naik kapal, calon penumpang mesti melewati pemeriksaan untuk menghindari aksi kejahatan di atas kapal. DLU melarang barang bawaan sejenis senjata tajam.
Anton mengimbau calon pemudik agar jauh-jauh hari membeli tiket mengantisipasi lonjakan di atas tanggal 9 Juni mendatang. Himbauan lainnya adalah agar identitas diri calon penumpang harus diisi sesuai nama dan alamat sebenarnya. “Karena jika nanti tidak sama atau tidak mengisi identitas asli akan ditolak karena harus sesuai dengan manifest kapal,” ujar dia.
Seorang calon penumpang tujuan Surabaya, Solikin, berharap pihak perusahaan Dharma Lautan Utama konsisten memberi pelayanan terbaik dan mengedepankan kenyamanan. Ia meragukan komitmen Dharma Lautan Utama yang ingin memberikan pelayanan terbaik. Solikin meminta DLU tidak mengibuli penumpang atas janji manis layanan kapal.
ADVERTISEMENT
Mengacu lebaran tahun 2017, kata buruh kebun sawit ini, banyak penumpang kapal laut tidur di bawah kolong truk, duduk di anak tangga kapal, selasar kapal, bahkan kamar mandi juga dijadikan tempat tidur.
“Hal itu menggambarkan begitu sesaknya penumpang. Masak kapasitas kapal hanya 1.000 orang, tapi yang masuk bisa hampir 2 ribu penumpang. Pemudik harus diperlakukan manusiawi, perusahaan jangan mentang-mentang permintaan tinggi, mengabaikan factor keselamatan dan kenyamanan,” katanya dengan mimik sedikit kesal. (Anang Fadhilah) Foto: Pixabay