news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Emotherapy, Ajang Nostalgia Musisi Bergenre Emo di Kalsel

Konten Media Partner
22 Maret 2019 11:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pentas Emotherapy hadir di Kota Banjarmasin.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pentas Emotherapy hadir di Kota Banjarmasin.
ADVERTISEMENT
Sempat vakum dalam belantika musik lokal, Skena Emo pelan-pelan mulai unjuk gigi lagi di Kota Banjarmasin. Belakangan, para penggiatnya bakal tampil satu panggung dalam pentas bertajuk 'Emotherapy' di Gudang Kopi Hages, Sabtu (23/3/2019) malam.
ADVERTISEMENT
Dibungkus penampilan musik dan diskusi, Gigs yang dicetus komunitas kreatif Bilik Bersenyawa ini bakal diramaikan empat band beraliran emo/post-hardcore. Seperti grup band lokal White Alice, My Project Never Die, Mega With Panorama, dan Pemandu Huru Hara.
Perwakilan Bilik Bersenyawa, Ozy, bercerita sekitar tahun 2008 - 2010, grup-grup band beraliran emo/post-hardcore memang sempat merajai panggung pentas musik di Kalimantan Selatan, khususnya Kota Banjarmasin. Sayangnya, fenomena ini meredup seiring kemunculan tren-tren dan genre baru.
"Emo sudah tergerus dengan genre-genre baru seperti EDM dan indie-folk," kata Ozy kepada wartawan banjarhits.id, Donny Muslim, Kamis (21/3).
Padahal, kata Ozy, skena ini boleh dibilang menjadi pemicu ramainya pentas musik underground di Kalimantan Selatan. Baru setelah tahun 2010 ke atas, para penggiat Emo perlahan-lahan mulai tersisih.
ADVERTISEMENT
"Jadi kami pilih kata therapy untuk mengobati kerinduan masa itu," Ozy melanjutkan.
Selain aksi panggung band, ajang Emotherapy turut diramaikan challange foto bergaya emo. Style fesyen yang identik dengan rambut poni sebelah, tindik, dan tatto ini memang pernah gandrung diminati anak-anak muda di Kalsel era di bawah tahun 2010.