Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Foto: Mangkraknya Rusun di Kalsel yang Habiskan APBN Rp 20 Miliar
22 Juli 2019 12:36 WIB
ADVERTISEMENT
Rumah susun sewa (rusunawa) di kompleks perkantoran Bupati Tanah Bumbu di Gunung Tinggi, Kecamatan Batulicin, Kalimantan Selatan, tampak kurang terurus dan sejumlah bagiannya rusak. Semak belukar memenuhi sekeliling bangunan kokoh berwarna merah-putih itu. Tak ada aktivitas manusia di sana.
ADVERTISEMENT
Bagian halaman rusunawa yang tampak lusuh itu ditumbuhi rumput liar. Sementara tumpukan meja dan berbagai jenis mebel lainnya teronggok di lobi. Padahal pembangunan rusunawa itu menghabiskan Rp 20,7 miliar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
Proyek rusunawa ini digarap PT Morasait Elibujaya di bawah wewenang Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementeriaan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Pembangunan dilakukan selama 300 hari, mulai 26 Januari 2017 hingga Oktober 2017, sesuai kontrak nomor 76/07/kontrak/Tanbu/Rusun/Rr/2017.
Namun sudah satu tahun sejak pembangunannya selesai, rusunawa ini tak kunjung digunakan. Hunian ini sebenarnya untuk disewakan kepada masyarakat dan pegawai Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tanah Bumbu yang rumahnya jauh dari kantor. Tetapi sampai hari ini belum diresmikan dan tak diketahui kelanjutan operasionalnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Permukiman, Perumahan, dan Pertanahan Kabupaten Tanah Bumbu, Mahriyadi Noor, mengatakan Pemkab Tanah Bumbu belum bisa mengelola rusunawa ini karena belum ada serah terima hibah dari Kementerian PUPR.
Dia sendiri mengaku tidak tahu detail kendala yang mengganjal proses hibah rusunawa dari Kementerian PUPR kepada Pemkab Tanah Bumbu.
"Belum dihibahkan, kami di daerah kan menunggu saja. Kami siap mengelola, kami sudah sebar brosur ke pasar-pasar. Kami enggak berani keluarkan duit daerah (untuk perawatan), jelas salah. Peruntukannya yang salah. Bukan milik kami, tapi kami rawat, nah ini salah," ucap Mahriyadi Noor.