Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Foto: Semarak Imlek di Kelenteng Soetji Nurani
16 Februari 2018 18:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Banjarhits.id - Aroma kemenyan menyeruak ketika Banjarhits.id melangkah masuk ke kelenteng berarsitektur khas Cina dengan dominasi kelir merah. Lilin-lilin beragam ukuran terpacak di ruangan utama bersembahyang tempat itu.
ADVERTISEMENT
Di ruangan utama kelenteng, umat konghucu takzim mendaraskan doa seraya kedua telapak tangannya menggamit dupa yang terbakar. Terletak di Jalan Pierre Tendean, Kota Banjarmasin, denyut perayaan Imlek terasa di Kelenteng Soetji Nurani.
Menghadap Sungai Martapura, Kelenteng Soetji Nurani berdiri di atas lahan seluas 25 x 50 meter. Bangunan ini sudah menjadi cagar budaya di Banjarmasin. Dua jenderal asal Cina, The Sin Yoe dan Ang Lin Thay yang mendirikan kelenteng Seotji Nurani pada 1898.
Kelenteng Suci Nurani dianggap saksi sejarah keberadaan warga Tionghoa di Banjarmasin. Dahulu, tempat kelenteng berdiri disebut sebagai kampung pecinan. Kedatangan etnis Cina ke Banjarmasin karena perdagangan melalui jalur sungai.
Bangunan kelenteng Soetji Nurani menerapkan pola penataan ruang, struktur bangunan dan ornamennya khas Tiongkok yang kental sentuhan feng sui. Fisiknya mempertahankan keindahan arsitektur yang melekat di berbagai sudut kelenteng seakan tak lekang dimakan waktu. Dahulu, tempat kelenteng berdiri kerap disebut kawasan pecinan.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2018, Imlek yang dirayakan 16 Februari 2018 mangandung unsur shio anjing kayu, bermakna tahun kesuksesan atau keberuntungan bagi umat Konghucu yang merayakannya.
“Bahkan kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada tahun ini makin sukses, keonaran kami yakini tak ada meski adanya pilkada serentak. Karena memang shio imlek tahun ini adalah shio anjing dengan unsur kayu. Imlek kesuksesan atau beruntungan,” kata Pengurus Kelenteng Soetji Nurani, Tiono Husin, Jumat (16/2).
Tiono merasakan suasana toleransi kehidupan beragama dengan masyarakat sangat harmonis dan penuh kehangatakan di tengah perkampungan yang mayoritas penduduknya muslim, seperti Kampung Gedang dan Kampung Melayu.
Meski berbeda keyakinan, ia mengatakan warga suka membantu ikut menjaga keamanan ketika ada kegiatan di kelenteng, seperti acara barongsai, imlek, cap go meh dan lain lain.
ADVERTISEMENT
“Hingga sekarang jemaah yang aktif berkunjung ke kelenteng untuk sembahyang berdasarkan buku tamu tercatat kurang lebih 100 orang,” katanya.
Tiono menambahkan, hingga 15 hari ke depan prosesi sembahyang tetap dilakukan oleh warga Tionghoa saat perayaan imlek. Selepas puncak tahun baru Imlek, umat konghucu sembahyang lagi untuk mendaraskan doa kepada dewa-dewi. Adapun ritual Cap Go Meh setiap tanggal 15 di bulan pertama Imlek
Pantauan Banjarhits.id, kaum konghucu terus mengalir berdatangan ke Klenteng ketika sore tiba. Mereka sembayang dan membakar uang kertas sebagai bagian dari menghormati leluhur serta buang sial untuk tahun sebelumnya.
Foto dan teks: Anang Fadhilah│Eddy Andriyanto