Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
29 Ramadhan 1446 HSabtu, 29 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner
Ikan Kering Berformalin Masih Dijual di Pasar Tradisional
18 Desember 2018 14:04 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:52 WIB

ADVERTISEMENT
banjarhits.ID, BANJARMASIN - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarmasin kembali temukan ikan laut kering yang mengandung pengawet makanan jenis formalin di beberapa pasar tradisional di Kota Banjarmasin.
ADVERTISEMENT
Menurut Dokter Hewan DKP3 Banjarmasin, Anang, penemuan ini didominasi jenis ikan teri kering, cumi kering, dan ikan laut kering lainnya seperti telang dan garih.
"Sebagian banyak teri, telang juga cumi kering yang mengandung formalin. Kami temukan di pasar tradisional, salah satunya di Pasar Kuripan dan Pasar Antasari," ucap Anang kepada awak media di Balai Kota Banjarmasin, Selasa (18/12).
Anang berkata petugas harus jelis mengenali jenis ikan yang mengandung formalin. Menurut dia, ikan berformalin mudah dikenali dengan melihat tekstur warna dari fisik ikan. Ciri-cirinya ikan lebih putih dan bersih serta tidak dihinggapi lalat.
"Terutama pada ikan teri sangat mudah kita kenali dengan melihat warna, lebih putih pucat dan bersih serta tidak dihinggapi lalat untuk mengenali ikan yang mengandung formalin," ujar Anang.
ADVERTISEMENT
Anang dan timnya masih mencari distributor dari ikan kering yang mengandung formalin tersebut. Ia menduga distributor bukan berasal dari Kota Banjarmasin. "Sedang dalam penelusuran dari beberapa pedagang kita minta keterangan," ungkapnya.
Lebih lanjut, Anang menjelaskan, dampak buruk dari konsumsi berkepanjangan makanan mengandung formalin tersebut dapat memicu penyakit kangker dan penyakit berbahaya lainnya.
Bahkan dalam jangka pendek bisa mengakibatkan keracunan. "Tapi ini kasus yang sedikit, kebanyakan kasus ditemui ini dampak dari penggunaannya dalam jangka panjang," katanya. (Zahidi)