Konten Media Partner

Kampung Buku, Tempat Literasi Alternatif di Banjarmasin

10 Juli 2019 20:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pendiri Kampung Buku, Hajriansyah di sela peresmian Kampung Buku pada Rabu malam, 10 Juli 2019. Foto: Muhammad Rahim/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Pendiri Kampung Buku, Hajriansyah di sela peresmian Kampung Buku pada Rabu malam, 10 Juli 2019. Foto: Muhammad Rahim/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Membawahi empat kios buku dan satu dapur literasi, Kampung Buku hadir di Jalan Sultan Adam, Kelurahan Sungai Miai, Kota Banjarmasin. Sejak berdiri sebulan lalu, Kampung Buku baru diresmikan pada Rabu malam, 10 Juli 2019.
ADVERTISEMENT
Menurut owner Kampung Buku, Hajriansyah, pendirian Kampung Buku untuk meningkatkan minat literasi dengan menawarkan tempat nyaman dan harga buku terjangkau. Materi buku-buku yang dijual berlatar pendidikan, sejarah, sastra, dan agama. Di Kampung Buku, ada space khusus sebagai arena apresiasi pentas seni.
Hajriansyah berkata Kampung Buku sebagai wadah alternatif mendiskusikan isu-isu literasi dan seni, selain tempat penjualan buku. Ia mengklaim tempat ini sentra penjualan buku murah bagi kalangan kampus, pelajar, dan masyarakat umum di Kota Banjarmaisn.
"Kita ramaikan sama-sama, tentu tempat ini sebagai ruang alternatif," ucap Hajriansyah kepada banjarhits.id saat peresmian Kampung Buku, Rabu 10 Juli 2019.
Beberapa penerbit buku yang sudah mengisi lapak di Kampung Buku sebut saja Sabuku BookShop (Arh Arif), Thalib BookShop (Reja Fahlevi), TandaPetik Books (Zian), dan Antasari (Noupal). Empat penerbitan buku itu menyewa lapak di dalam Kampung Buku.
ADVERTISEMENT
Hajriansyah ingin menghadirkan sentra buku dengan harga ramah di kantong dan tempat yang nyaman. Untuk mendirikan Kampung Buku, ia merogoh duit Rp 20 jutaan. Hajri
"Operasi bangunan ini sejak bulan Ramadhan kemarin, sudah satu bulan. Mudahan-mudahan setelah ini ramai dikunjungi oleh anak muda. Ini kan kawasan kampus, tentu target yang datang adalah mahasiswa. Mereka bisa ngerjain skripsi, diskusi dan kegiatan lainnya," ujar Hajri.
Ia melihat literasi di Banua masih terbilang rendah, apalagi di era game online. Lantaran baru seumur jagung, Hajri pelan-pelan akan meningkatkan fasilitas di sana. Ia berharap warga makin senang membaca buku-buku fisik ketimbang mencari sumber literasi di internet.
"Buku fisik sekarang banyak ditinggalkan orang. Kami juga akan menyediakan perpustakaan mini, khusus pembaca dan dipungut gratis. Tentu, upaya ini untuk memajukan intelektualitas Banua," tutupnya.
ADVERTISEMENT