Konten Media Partner

Kartun: Bacok

17 Februari 2018 22:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kartun: Bacok
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Banjarhits.id – BACOK │ Aksi brutal pembacokan terhadap Usman Pahero membetot simpati khalayak. Aktivis Komite Aksi Penyelamat Kotabaru (KAPAK), itu memang kerap bersuara lantang menolak pertambangan di Kabupaten Kotabaru. Sempat dirawat sesaat di RSUD Kotabaru, Usman kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Sari Mulia Kota Banjarmasin karena luka serius di bagian tempurung kepala.
ADVERTISEMENT
Sulit untuk tidak mengatakan pembacokan ini tak ada kaitan dengan penolakan tambang batubara. Kalaupun dugaan ini benar, peristiwa itu jelas menambah panjang daftar kekerasan dunia pertambangan dan ancaman serius atas kebebasan berpendapat.
Di Kalimantan Selatan, tindakan biadap dan barbar semacam ini bukan kali pertama. Kekerasan terhadap Usman mengingatkan kita atas tindakan serupa terhadap Hadriansyah, guru SDN Sarigadung, Kecamatan Simpang Empat, yang tewas mengenaskan setelah getol menolak pertambangan di Kabupaten Tanah Bumbu pada 2004.
Polisi gagal mengungkap dalang di balik pembantaian Hadriansyah. Bisnis pertambangan batubara memang lekat dengan kekerasan dan premanisme. Para pemodal kakap seolah gelap mata andaikan kepentingan bisnisnya dirongrong oleh orang-orang yang kontra terhadap pertambangan.
Dalam kasus Usman Pahero, khalayak tentu berharap polisi serius mengusut tuntas dan mengungkap aktor utama di balik pembacokan tersebut. Negara mesti hadir melindungi warganya di tengah kebebasan berpendapat. Aksi menolak tambang tidak semestinya berbalas aksi kekerasan. Pebisnis tambang sudah semestinya menyudahi praktek premanisme di Kalimantan Selatan. (Diananta)
ADVERTISEMENT