Konten Media Partner

Kisah Peracik 'Jamu Arab' di Banjarmasin

21 Juni 2019 8:32 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjual jamu tradisional Arab di Jalan Pangeran Samudera, Kota Banjarmasin. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Penjual jamu tradisional Arab di Jalan Pangeran Samudera, Kota Banjarmasin. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Aneka jamu tradisional khas "Arab" bisa ditemukan di trotoar Jalan Pangeran Samudera, Kota Banjarmasin. Dua di antaranya adalah Jamu Jalal dan Jamu Lapah Maunggat yang diklaim bikin badan bugar hingga "tahan lama" di ranjang.
ADVERTISEMENT
Ami Karim Alkatiri (65), salah satu penjual, menyebut jamu jualannya adalah racikan langsung dari Arab.
"Bisa bikin 'berdiri' sampai berjam-jam kalau sedang berhubungan. Yang susah 'berdiri', setelah minum jamu, juga bisa sembuh kalau rutin diminum. Tapi khasiat utamanya ya bikin segar badan," kata Karim seraya menyuguhkan Jamu Jalal ke banjarhits.id, Kamis malam (20/06).
Jamu Jalal berwarna kecokelatan dan berbuih. Rasanya cukup kental, sedikit pedas ketika di mulut hingga tenggorokan. Bahan dasar jamu ini adalah pasak bumi dan madu asli Kalimantan. Bahan-bahan lainnya ia rahasiakan.
Karim sudah berjualan sejak tahun 1985, sejak diajarkan oleh sang ayah. "Satu keluarga sampai sekarang jualan. Anak saya di sebelah warung ini. Menantu saya di sebelahnya lagi. Jadi benar-benar usaha keluarga" ujar Karim.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan pelanggan warung jamunya datang dari beragam usia. Tak cuma lelaki, tapi juga kaum hawa. Biasanya mereka akan datang ketika malam Jumat dan Sabtu malam.
"Saya buka habis magrib sampai jam dua dini hari. Biasanya kalau hari-hari itu paling sibuk jam 10 sampai seterusnya," ceritanya.
Ihwal efek samping, Karim mengklaim jamu Arab tak punya dampak buruk apapun terhadap tubuh. Alasannya, bahan-bahan yang diperoleh semuanya alami. Sebaliknya, malah badan tambah segar.
"Bahkan, dokter-dokter pun sering minum di sini," cerita Karim.
Adapun untuk harga, Karim mematok satu gelas jamu seperti Jamu Jalal dengan tarif Rp 25 ribu-35 ribu. Harga tersebut dipatok tergantung bahan racikan. Makin banyak bahan yang dimasukkan semakin mahal. Semua tergantung permintaan pelanggan.
ADVERTISEMENT
Meski terlihat meraup untung besar, ia bercerita belakangan kedai jamu Arab makin sepi. Karim menganggap ini merupakan imbas dari ekonomi yang merosot.
"Dulu harga-harga murah. Pelanggan juga banyak. Sekarang kami harus menjaga pelanggan masing-masing biar tidak ke lain," tutupnya.
Karim, si penjual jamu Arab di Jalan Pangeran Samudera, Kota Banjarmasin. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id