Konten Media Partner

Kisah Remaja Penikmat Dunia Gemerlap di Kota Banjarmasin

13 Februari 2019 11:24 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dunia gemerlap alias clubbing. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dunia gemerlap alias clubbing. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Duduk meriung di sudut ruangan, remaja-remaja itu tak canggung menikmati dentuman house music di bawah temaram kelap-kelip lampu.
ADVERTISEMENT
Mereka menempuh waktu 2,5 jam perjalanan hanya untuk menikmati suasana clubbing di Kota Banjarmasin.
Usia remaja sering disebut tahapan pencarian jati diri. Semangat muda yang menggebu-gebu memicu mereka bertingkah kelewat batas.
Jiwa muda disertai gairah rasa ingin tahu, bahkan menabrak norma-norma demi meraih eksistensi diri.
Seperti yang dilakukan remaja pria berinisial R, remaja berusia 15 tahun asal Kabupaten Tapin ini hobi keluar-masuk tempat dunia gemerlap alias dugem di Kota Banjarmasin.
Remaja seusia itu sudah akrab dengan atmosfer dugem. Dugem di Banjarmasin dikenal dengan istilah ‘artis bekaset’.
Artis bekaset disematkan untuk seseorang yang namanya disebutkan oleh disk jokey (DJ). Me-request lagu merupakan cara agar nama seseorang ini disebut oleh DJ. Tentu, si artis mesti membayar sejumlah uang untuk request lagu ke DJ.
ADVERTISEMENT
Menurut R, semakin banyak nama seseorang disebut, maka semakin eksis pula ia di kalangannya. Demi mendapatkan pengakuan ini, R rela menghamburkan duit minimal Rp 1 juta sekali dugem.
"Selain me-request, paling hanya ngerokok, tidak minum alkohol, cuma minum minuman biasa seperti cola," ucap R kepada wartawan banjarhits.id, Reska Meiliyanti, Selasa (12/2).
Teman sebaya R, FR, mengaku hanya ingin bersenang-senang dan menikmati dentuman house music.
FR merogoh kocek Rp 65 ribu untuk menebus tiket masuk club. Modal dugem mereka berasal dari tabungan uang jajan yang diberikan orang tua.
Usia bukan penghalang bagi FR dan R masuk ke lokasi dugem. Mereka sadar usianya masih di bawah umur dan rentan terkena razia petugas.
ADVERTISEMENT
Terlebih, meskipun tempat tinggal mereka berjarak 100-an kilometer dari Kota Banjarmasin, kedua remaja itu tak kesulitan mendapat izin dari orang tua.
"Kalau ditanya mengapa mau pergi ke Banjarmasin ya tinggal jawab cuma mau jalan-jalan. Setelahnya diperbolehkan," ucap FR ringan. Keduanya turut ditemani teman lain yang usianya lebih tua.