Konten Media Partner

Kisah Wanita Penjual Jasa Cuci Karung

10 Agustus 2018 7:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kisah Wanita Penjual Jasa Cuci Karung
zoom-in-whitePerbesar
Banjarhits.id, Banjarmasin - Wanita 46 tahun itu cekatan mengucek karung bekas ketika berendam di sungai yang mengalir di belakang rumahnya pada Kamis (9/8/2018). Di belakang rumah berukuran 4x6 meter itu, terserak lembaran karung-karung bekas yang kotor dan bersih.
ADVERTISEMENT
Si pembersih karung, Rusiah, hampir saban hari rutin mengucek karung-karung tersebut. Ia sudah sepuluh tahun menekuni jasa mencuci karung bekas. Apalagi, setelah ia dan empat orang anaknya ditinggal mati suaminya. Rusiah mesti banting tulang demi menghidupi keempat anaknya, apalagi dua anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar dan tsanawiyah.
"Cuma ini yang bisa dikerjakan di rumah, sambil memasak dan mengurus rumah," Kata Rusiah kepada Banjarhits.id sembari berendam di air membersihkan karung bekas tepung. Rusiah tinggal di lingkungan RT 32 RW 2, Jalan Tatah Bangkal, Kelurahan Kelayan Timur, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Pekerjaannya memang tak sepadan dengan tenaga dan waktu yang ia perlukan. Maklum, Rusiah menerima upah Rp 60 ribu per 25 lembar karung setelah dicuci, dijemur, hingga diikat rapi. Dalam sehari, ia sanggup membersihkan 500-an lembar karung di tengah mengurus anak dan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
"Sehari paling cuma dapat 500 lembar, itu juga kalau karung yang datang kering. Kalau karung bekas tepungnya terkena air duluan jadi susah membersihkannya, kadang-kadang kalau kelamaan di air, saya juga enggak tahan bisa sakit perut,” ujarnya.
Di lingkungannya, menurut dia, ada 14 orang yang masih bertahan menekuni jasa mencuci karung. Karung-karung itu dipasok oleh seorang agen yang beralamat di Gang Kenari, Kelurahan Murung Raya. Sang agen rutin membagi jatah karung kepada 14 orang langganan mencuci karung miliknya.
"Jatah karung enggak menentu tergantung kiriman, biasanya dibagi rata dengan yang lain. Datangnya bisa satu minggu, satu bulan, kadang-kadang juga kosong,” tuturnya.
Permasalahan pun muncul ketika musim kemarau dan hujan. Rusiah mengeluh ketika kemarau tiba debit air di sungai sangat minim sehingga tidak bisa mencuci. Alhasil, ia terpaksa menunggu air pasang ketika malam tiba, hingga memaksanya harus terjun ke air di tengah dinginnya malam. Ketika hujan omset pendpatannya menurun karena tidak bisa menjemur karung yang telah dicuci.
ADVERTISEMENT
"Kalau cuaca lagi panas sekitar lima jam dijemur sudah kering, kalau lagi hujan mau bagaimana lagi,” keluhnya.
Pencuci karung lain, Imah (45), ikhlas menjalaninya karena memang tak ada pekerjaan lain. Imah bahkan sering harus tidur di atas tumpukan karung karena rumahnya sesak dengan karung.
"Mau gimana lagi, cuma ini yang bisa dikerjakan untuk memenuhi keperluan sehari-hari," singakatnya. (Hanafi)