Konten Media Partner

Kuliner Khas Banjar Punya Peluang Mendunia

6 Maret 2018 21:59 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kuliner Khas Banjar Punya Peluang Mendunia
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Banjarhits.id - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mendorong pengusaha kuliner khas di Kota Banjarmasin memanfaatkan pelaksanaan Food Startup Indonesia untuk menjual kuliner khas Banjar agar eksis dan dikenal ke mancanegara.
ADVERTISEMENT
Deputi Akses Permodalan Bekraf, Fadjar Hutomo, menuturkan pelaku usaha rintisan kuliner dapat mendaftarkan diri melalui situs foodstartupindonesia.com sebelum ditutup pada 26 Juni mendatang. Kandidat terpilih dapat mengikuti rangkaian Demo Day FSI 2018.
Menurut dia, Bekraf akan memberikan pendampingan, mencarikan calon investor yang berminat, memberikan mentoring, dan final pitching yang melibatkan para pakar dan investor.
“Bekraf melakukan akurasi data pendaftar yang akan dipilih maksimal 100 startup kuliner untuk mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan pameran,” ujar Fadjar Hutomo usai acara sosialisasi FSI 2018, Selasa (6/3/2018) di Banjarmasin.
Ia mengatakan pengusaha kuliner di Banjarmsin harus berani berinovasi mencari yang unik dan khas. Fadjar meyakini kuliner khas Banjar punya potensi besar menjual ke mancanegara. “Makanya harus dicari dan dikemas lebih unik dan beda,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Fajar membagi resep agar suatu produk bisa eksis dan berkembang mesti fokus dan saling melengkapi. Ia mencontohkan makanan cepat saji ayam KFC, yang memiliki cabang di seluruh dunia. Menuru Fadjar, makan di gerai KFC manapun, seperti Papua, Brunei, Afrika, dan Banjarmasin, pasti cita rasanya sama.
“Hal ini yang harus dipikirkan dan dicari oleh para pengusaha kuliner di Banjarmasin jika ingin berkembang dan dikenal,” paparnya. Ia mengakui pelaku usaha pemula kerap menghadapi akses permodalan, pemasaran, dan packaging.
Menurut Fadjar, pelaku usah harus mengetahui selera pasar dan memperhatikan kemasan produknya. Sebab, kata dia, mayoritas pelaku UMKM sekedar berangkat dari bisa membikin, bukan bagaimana memasarkan produk secara berkelanjutan dan tepat.
“Yang terjadi malah bisa bikinnya, saya jual syukur laku, bagus, kalau tidak kemudian ngeluh ada masalah. Padahal kalau mau ditelisik ternyata masalahnya adalah yang dia buat dan yang dia bikin, tidak memenuhi selera konsumen,” Fadjar menambahkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, dia, menyinggung manajemen skill ketika mengeksekusi orderan produk. UMKM biasanya kewalahan memenuhi order ketika pesanan makin banyak. Itu sebabnya, perlu pola manajemen yang profesional seiring makin berkembangnya usaha. dan pandai menangkap selera konsumen. (Anang Fadhilah)