Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Lewat Sampah Plastik, Atim Bikin Kerajinan Ekobrik
21 Februari 2019 9:20 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Atim Susanto sibuk berbisnis sampah plastik sejak satu dekade lalu. Pria 33 tahun warga Gang Moroseneng, Kelurahan Pekauman, Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kota Banjarmasin itu menopang perekonomian keluarganya lewat bisnis sampah.
ADVERTISEMENT
Atim -- begitu ia disapa -- mengumpulkan sampah jenis plastik dari beberapa pemulung yang menjual kepadanya. Harga satu kilogram sampah plastik bervariasi, tergantung apakah sampah plastik itu sejenis kresek atau botol plastik.
Atim pasang tarif Rp 1.000 perkilogram untuk sampah kantong plastik, dan sampah botol seharga Rp 1.500 perkilogram. Sejak satu tahun terakhir, Atim berkreasi dan menjadikan sampah-sampah plastik ini sebagai lahan bisnis yang menyejahterakan puluhan acil -- ibu-ibu-- pengrajinnya.
Ia menggandeng ibu-ibu di kampung untuk membuat kerajinan ekobrik dan murni terbuat dari kantong plastik, serta botol plastik yang ia dapatkan dari pengepul sampah atau pemulung.
"Awalnya saya otodidak aja sih, namun tak saya pungkiri juga sebagian melihat dari YouTube. Dari tahun 2017 kemarin saya sudah memulai bisnis kerajinan ekobrik ini, namun yang terasa saat berkembangnya adalah sepanjang tahun 2018 tadi," ucap Atim kepada wartawan banjarhits.id, Zahidi, Rabu (20/2/2019).
ADVERTISEMENT
Kerajinan ekobrik bisa dibentuk kerangka kursi atau meja untuk dijual paketan dengan harga mulai Rp 450 ribu sampai Rp 650 ribu. Menurut dia, proses kreasi ekobrik sangat mudah diaplikasikan. Mula-mula, ekobrik dirangkai jadi kursi atau meja.
"Kemudian kursi dan meja ini dijahit dengan kulit luarnya, agar selanjutnya benda ini dapat bernilai dan laku dijual di pasaran serta dapat bersaing. Kami membuatnya dengan penuh kehati-hatian," ungkapnya.
Ia menjual produknya sampai ke luar kota, seperti Kabupaten Kotabaru dan Kasongan, Kalimantan Tengah. Atim terus memperluas penetrasi pemasaran produk di tengah persaingan sejenis dengan produk pabrikan. Menurut Atim, promosi mesti gencar demi memperluas pemasaran.
"Omset kita persatu paket kursi dan meja dalam sebulan mampu tembus dua paket seharga 450 ribu. Kalau dua paket ini Rp 900 ribuan, sehingga hasilnya kami bagi-bagi saja bersama kawan pengrajin, meski sedikit yang penting ada lah untuk dibagi," ujar Atim Susanto.
Aktivis Lingkungan dari Forum Komunitas Hijau (FKH), Hasan Zainudin, mengapresiasi atas inovasi yang dibuat Atim. Sebab, Hasan berasumsi langkah ini tepat untuk pemanfaatan sampah plastik karena perlu waktu panjang mengurai sampah plastik.
ADVERTISEMENT
"80 tahun ini baru bisa terurai. Artinya kalau jahitan tidak sobek pada kursi tersebut, niscaya kursi bertahan sampai 80 tahun kemudian dan ini lebih lama daripada daya tahan kursi yang terbuat dari kayu," jelas Hasan.
Hasan mengharap pihak pemerintah kota harus ikut andil dalam pengembangan dan pemasaran produk rumahan semacam milik Atim. Cara ini sekaligus membantu pemerintah kota menekan sampah plastik yang masih marak ditemukan di TPA dan TPS di Banjarmasin.
Menurut dia, pengusaha seperti Atim mesti dikasih ruang dalam even pameran pengrajin sampah. "Untuk lebih mengenalkan produk mereka di pasaran, karena satu kursi saja terjual mereka menyelematkan kerusakan lingkungan dari puluhan kilogram sampah plastik," terang Hasan.
Adapun Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kota Banjarmasin, Marzuki turut berterimakasih kepada para pihak yang sudi berkontribusi menekan sampah plastik lewat penciptaan produk tepat guna.
ADVERTISEMENT