Melihat Cara Suku Dayak Menombak Hewan Dalam Ritual Tiwah

Konten Media Partner
20 Juli 2019 13:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kerbau yang sudah tewas saat prosesi tabuh di Kelurahan Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Sabtu (20/7). Foto: Riski Syahbandi/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Kerbau yang sudah tewas saat prosesi tabuh di Kelurahan Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Sabtu (20/7). Foto: Riski Syahbandi/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Ritual Tiwah yang telah digelar sejak 1 Mei 2019, di Kelurahan Tumbang Miri, Kecamatan Kahayan Hulu Utara, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, kini sudah memasuki prosesi Upacara Tabuh.
ADVERTISEMENT
Upacara Tabuh adalah proses 'penombakan hewan kurban' sebelum puncak Ritual Tiwah yang akan digelar pada 30 Juli 2019.
Suku Dayak Ngaju percaya Ritual Tiwah ini sebagai tahapan mengantar jenazah yang sudah meninggal dunia ke alam surga. Prosesi Tabuh ini menombak hewan-hewan kurban dengan menggunakan tombak. Warga Dayak secara bergiliran menusukkan mata tombak ke tubuh hewan sampai bersimbah darah.
Tim banjarhits.id berkesempatan melihat Prosesi Tabuh yang digelar hari ini, Sabtu (20/7). Sebelum Prosesi Tabuh dimulai, warga Dayak telah mengadakan Upacara Tantulak untuk mengantar arwah yang meninggal dunia menuju Bukit Malian.
Di Bukit Malian, jasad almarhum menunggu diberangkatkan bertemu Ranying Hattala Langit atau Tuhan umat Kaharingan, hingga keluarga yang ditinggalkan menggelar Ritual Tiwah.
ADVERTISEMENT
Dalam ritual ini, 34 keluarga Suku Dayak telah menyiapkan 142 ekor hewan yang terdiri dari 30 ekor sapi, 10 ekor kerbau, lima ekor babi, serta sekitar 80-an ekor ayam, sebagai sesajen pengantar arwah orang-orang yang telah meninggal.
Ratusan hewan kurban ini disembelih bertahap sampai puncak ritual pada akhir Juli 2019. Hari ini, Sabtu (20/7), ada 15 ekor hewan yang ditombak pada Prosesi Tabuh.
Dalam ritual ini, Suku Dayak beragama Hindu Kaharingan mengikat para hewan kurban ke sapundu --sebuah tiang berornamen Dayak yang nantinya untuk menyimpan tulang belulang almarhum di bagian atas. Sebelum ditombak, warga mengelilingi hewan-hewan kurban seraya mengucap mantra ritual alias Nganjan.
Menurut warga Tumbang Miri, Jepri (41), proses melakukan acara ritual Tiwah sangat panjang dan rumit. Orang Dayak yang masih awam sulit menggambarkan bagaimana detail setiap tahapan, termasuk dirinya.
ADVERTISEMENT
"Karena dalam melaksanakan Ritual Tiwah sampai melakukan Tabuh, kami bukan hanya melaksanakan semacam doa-doa, Nganjan. Tapi, ada juga tradisi peninggalan nenek moyang pada ratusan lalu," ujarnya.
Lanjutnya, panitia Ritual Tiwah melakukan pemanggilan nama terhadap keluarga almarhum untuk melakukan Tabuh.
"Perwakilan keluarga bersiap melaksanakan proses Tabuh, dengan cara menombak," sebut Jefri.
Setelah hewan kurban tewas, keluarga almarhum menyembelih pakai Mandau—senjata khas Dayak. Beres disembelih, kata Jefri, panitia Tiwah melempar beras kuning sambil berdoa, kemudian hewan yang tersungkur ditutupi kain tapih, selanjutnya melakukan Prosesi Nganjan seperti menari dengan mengelilingi hewan yang sudah tewas.
Prosesi Nganjan bertujuan agar arwah yang telah meninggalkan keluarga mengetahui bahwa telah melaksanakan Ritual Tiwah guna meluruskan perjalanan roh atau arwah yang bersangkutan menuju Lewu Tatau (Surga). Almarhum diharapkan bisa hidup tentram dan damai di alam Sang Kuasa.
ADVERTISEMENT
Di pengujung Prosesi Tabuh dalam Ritual Tiwah, hewan yang telah mati dibawa oleh masing-masih keluarga ke rumah untuk dimasak. Dagingnya dipersembahkan ke makhluk gaib yang membimbing upacara Tiwah, lalu dihidangkan untuk warga setempat.