Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten Media Partner
Mencecap Katuyung, Kuliner Asal Banjarmasin yang Unik
18 Februari 2018 15:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB

ADVERTISEMENT
Banjarhits.id – Kota Banjarmasin sejatinya banyak menyimpan kuliner unik, selain tentunya Soto Banjar dan Ketupat Kandangan yang kadung kesohor. Salah satunya kuliner katuyung --salah satu hewan sejenis siput yang hidupnya di sungai. Orang Banjar atau pelancong yang kebetulan singgah di Kota Seribu Sungai kerap menyantap katuyung.
ADVERTISEMENT
Di Banjarmasin, mencari katuyung tak terlalu sulit. Anda bisa mencecap katuyung di warung makan khas Banjarmasin di Jalan Sultan Adam, Jl Sutoyo S, dan sekitar Jalan Pekapuran Laut.
Katuyung biasanya dimakan dengan cara dikunyut (disedot dengan mulut) karena dagingnya berada di dalam. Kuliner ini disajikan dalam kondisi hangat dikombinasikan dengan sayur asem atau lalapan, disantap dengan nasi, bisa juga dimakan tanpa nasi.
Direbusnya pun harus dua kali agar bisa menimbulkan cita rasa yang sedap dan kekenyalan dagingnya pas di lidah.
Seorang peramu kuliner katuyung adalah Irma Kurniati. Semangkuk sayur katuyung dijual Rp 10 ribu, berisi 20 biji siput. Cita rasa katuyung ini memang tiada duanya.
Menurut Irma, penjual warung makan di Jalan Sultan Adam, dirinya memasak katuyung sebanyak dua panci besar selalu ludes diburu saban hari.
ADVERTISEMENT
"Sehari dua panci besar, katuyung selalu habis terus, banyak pelanggan dari Jakarta dan Medan ketika ke Banjarmasin selalu singgah ke warung kami," kata Irma Kurniati. Ibu dua anak ini sudah berjualan aneka kuliner khusus Banjarmasin selama delapan tahun.
Menyantap sayur katuyung pun harus dikenyot. Sebab, biasanya katuyung disajikan dengan cangkangnya. Dagingnya di dalam harus dikeluarkan dengan cara dikenyot sebelum dimakan. Sayuran pendamping seperti bayam, kacang panjang, labu, jagung, dan kuahnya dari santan.
Rasanya gurih dan pastinya ada kesan tersendiri saat menyantapnya. Sebab, biasanya katuyung disajikan dengan cangkangnya. Dagingnya di dalam harus dikeluarkan dengan cara dikenyot sebelum dimakan.

Mencecap kuliner katuyung kerap disandingkan dengan sayuran lain, seperti bayam, kacang panjang, labu, jagung, dan kuahnya dari santan. Rasanya gurih dan pastinya ada kesan tersendiri saat menyantapnya. Untuk menjaga cita rasa dan tampilan kuah santannya agar tidak pecah, Irma menggunakan santan kental dan cair.
ADVERTISEMENT
"Cara memasak katuyung harus direbus dua kali. Dimana rebusan pertama untuk mematangkan daging. Rebusan kedua memantapkan kekenyalan daging katuyung. Lalu pada rebusan kedua ini, diberi santan cair. Lalu ketika sudah hampir matang, masukkan santan kental supaya santan cairnya tidak pecah saat disajikan,” ujarnya.
Zainudin, salah satu pecinta kuliner, juga sangat memfavoritkan katuyung ini. Bahkan ketika menjamu koleganya dari luar daerah, mayoritas koleganya juga menyukainya. Selain gurih dan tekstur dagingnya lembut, kata dia, kuah sayuran menambah cita rasa segar.
“Ditambah cara makannya harus dikenyot atau disedot, dipadukan dengan sambal acan, ” kata Zainudin. (Anang Fadhilah)