Konten Media Partner

Menengok 'Nasional', Pangkas Rambut Legendaris di Banjarmasin

2 Juli 2019 19:33 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rusdi, pengelola Pangkas Rambut Nasional di Jalan Hasanuddin HM, Kota Banjarmasin. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
zoom-in-whitePerbesar
Rusdi, pengelola Pangkas Rambut Nasional di Jalan Hasanuddin HM, Kota Banjarmasin. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
ADVERTISEMENT
Berkelir biru, bangunan tempat pangkas rambut itu berdiri di persimpangan Jalan Hasanudin HM, Kota Banjarmasin. Tempatnya lusuh. Jika dilihat dari luar, bagian cat dindingnya pun sudah memudar.
ADVERTISEMENT
Nuansa jadul kian terasa ketika beranjak ke dalam. Properti kursi yang digunakan untuk pelanggan pangkas rambut masih kental buatan era 1980-an. Sebuah gambar model potongan rambut pria era jadul terpampang di tembok. Boleh dibilang, tempat pangkas rambut ini jauh laiknya barbershop era kekinian.
Namun, bangunan kusam tempat cukur rambut itu tetap bertahan sebagai 'barbershop' legendaris di Kota Banjarmasin. Berdiri sejak tahun 1973, wadah ini diberi nama Pangkas Rambut Nasional.
Pemiliknya, Rusdi (62 tahun) merupakan generasi kedua yang mengelola Pangkas Rambut Nasional. Rusdi meneruskan estafet usaha ini sejak 1979, setelah generasi pertama, sang ayah, tak bisa lagi mengurus usaha pangkas rambut.
"Kira-kira, inilah cikal bakal ramainya pangkas rambut seperti sekarang. Dulu, waktu 1970-an, setahu aku cuma di sini wadah cukur rambut yang skala besar. Jadi setiap hari orang ramai datang. Bisa sampai 35 orang dalam satu hari," ujar Rusdi kepada banjarhits.id, Selasa (2/7/2019).
ADVERTISEMENT
Dulu, cerita Rusdi, satu orang dipatok tarif Rp 500 saja untuk sekali memangkas rambut di Nasional. Angka itu tentunya masih terbilang murah untuk ukuran orang-orang yang hidup sebelum tahun 2000-an.
Model cukuran rambut pria yang terpampang di Nasional, tempat pangkas rambut legendaris di Banjarmasin. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id
"Makin tahun makin naik lah. Sampai sekarang dipatok Rp 10.000, sama untuk anak-anak juga segitu. Semua," kata Rusdi. Ia ingat ketika masih menggunakan alat pangkas rambut jadul waktu awal mula bekerja sebagai tukang cukur era tahun 1970-an akhir.
"Selain gunting, ada juga alat khusus dulu (hairclipper). Kami sering menyebut istilahnya menual. Ya jadul sekali lah," kata Rusdi. "Tapi biar kaya jadul gitu, tetap banyak saja yang datang ke sini. Dari orang-orang biasa sampai pejabat pernah ke sini. Misalnya Gubernur Subarjo dan M Said pernah langganan di pangkas rambut kami. Sampai dipanggil ke rumah," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Kini, zaman sudah berubah. Rusdi merasakan pelanggannya makin tergerus sejak tahun 2000 ke atas. Kalau dihitung harian, kata dia, ada 10-15 orang yang cukur rambut di Nasional. Dulu, menurut dia, kejayaan Nasional sanggup mencukur rambut 30 kepala setiap hari.
"Saya syukuri saja. Bagi-bagi rezeki dengan yang lain," ujarnya.
Selain itu, ia mesti menyesuaikan model rambut zaman sekarang. Ia bercerita, masih banyak anak muda yang memakai jasa di Pangkas Rambut Nasional. Alhasil, Rusdi harus belajar ekstra terkait mode-mode rambut terbaru.
Ia sering diminta merapikan rambut biasa, sampai mengukir pola tertentu. "Alhamdulilah bisa saja dilayani semuanya. Asal ada contoh. Rata-rata rambut anak muda zaman sekarang juga banyak yang kembali ke zaman dulu modelnya. Jadi sedikit banyak bisa menyesuaikan," kata Rusdi.
Interior jadul tempat Pangkas Rambut Nasional, Jalan Hasanuddin HM, Kota Banjarmasin. Foto: Donny Muslim/banjarhits.id